MERAIH LALILATUL QADAR DENGAN I'TIKAF

Haruskah I’tikaf?Tidak diragukan lagi bahwa ibadah yang sangat galak dilakukan oleh Nabi Muhammad saw ketika masuk sepuluh terakhir Ramadhan ialah beri’tikaf. Yaitu berdiam diri dimasjid dengan segala kegiatan ibadah. Namun kaitannya dengan malam lailatul qodr itu bukanlah kaitan syarat dengan yang disyarati. Yakni I’tikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qodr. Tapi jika mampu beri’tikaf mengapa tidak? Karena itu ialah sunnah yang sangat besar pahalanya. Dan itulah sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi selama 10 terakhir Ramadhan sepanjang hidup beliau saw.‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim)
dikhususkan untuk mereka yang beri’tikaf saja, tapi siapapun yang ketika malam itu meng“barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qodr dengan Iman dan Ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau” (HR Bukhori)Bagi mereka yang harus masih bekerja di malam hari, ia terhalang untuk bisa beri’tikaf. Juga bagi wanita yang tidak bisa beri’tikaf karena mendapatkan dirinya delam keadaan tidak suci. Mereka-mereka ini masih punya kesempatan juga untuk mendapatkan kemualian malam lailatul Qodr. Dan I’tikaf itu sendiri bukanlah suatu kewajiban.Hanya saja memang dengan beri’tikaf, kesempatan untuk terus beribadah sangatlah terbuka lebar.Orang yang beri’tikaf bagaimanapun keadaannya di masjid, ia tetap terhitung sebagai orang yang beri’tikaf dan tentu saja itu dalam ibadah, walaupun ia tidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH MODUL AJAR PAI SMP KELAS VII SEKOLAH PENGGERAK

Contoh RPP Problem Based Learning PAI SMP Kelas VII