CONTOH RPP PEMBELAJARAN MENDALAM PAI KELAS 7
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (PPM) ELEMEN AL-QUR’AN DAN HADIS
Satuan Pendidikan : UPT SPF SMP NEGERI 32 MAKASSAR
Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Kelas/Fase :
VII/D
Waktu : 4 Kali Pertemuan
(12 x 40 Menit)
Elemen : AL-QUR’AN
HADIS
I. IDENTIFIKASI
A. Peserta Didik
Siswa kelas VII berjumlah 28-35 murid, berada pada fase
remaja awal. Mereka mulai membentuk identitas diri dan sering mempertanyakan
hal-hal yang bersifat fundamental, termasuk keyakinan. Materi tentang
pentingnya iman perlu disajikan dengan pendekatan yang rasional, kontekstual,
dan personal, agar mereka memahami bahwa iman bukan hanya teori, melainkan
pondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan hidup.
B.
Materi Pelajaran
Al-Qur'an dan Hadis tentang Pentingnya Iman. Materi ini mencakup:
·
Makna iman secara bahasa
dan istilah.
·
Tanda-tanda orang beriman menurut Al-Qur'an (Q.S. Al-Anfal: 2-4).
·
Fungsi iman dalam kehidupan
sehari-hari.
·
Hubungan antara
iman, Islam, dan ihsan (seperti yang dijelaskan dalam hadis Jibril).
·
Pentingnya menjaga
keimanan dan cara-caranya.
C. Disiplin Profil Lulusan
1.
Keimanan dan Ketakwaan kepada
Tuhan YME: Siswa memahami
bahwa iman adalah landasan
utama dalam beragama dan beribadah.
2.
Kewargaan: Siswa menunjukkan sikap
toleransi dan moderasi, menyadari bahwa iman yang kuat tidak membuat seseorang
fanatik, melainkan peduli pada sesama.
3.
Penalaran Kritis:
Siswa mampu menganalisis dalil-dalil Al-Qur'an dan hadis
tentang iman serta menarik kesimpulan yang relevan untuk kehidupan.
4.
Kreativitas: Siswa membuat media
pembelajaran kreatif (infografis, mind map) untuk memvisualisasikan konsep
iman.
5.
Kolaborasi: Siswa bekerja sama dalam kelompok
untuk mendiskusikan studi kasus terkait keimanan.
6.
Kemandirian: Siswa memiliki
inisiatif untuk mengamalkan ajaran iman dalam kehidupan sehari-hari.
7.
Kesehatan: Siswa memahami bahwa
keimanan yang kuat berkontribusi pada kesehatan mental, seperti ketenangan
jiwa dan optimisme.
8.
Komunikasi: Siswa mampu mempresentasikan pemahaman mereka tentang iman dengan bahasa yang jelas dan
persuasif.
II. DESAIN PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran
Memahami ayat Al-Qur’an dan hadis tentang
pentingnya iman, takwa, toleransi, cinta tanah air, semangat keilmuan dan
sabar dalam menghadapi musibah dan ujian.
B. Lintas Disiplin Ilmu
·
Bahasa Indonesia: Menganalisis makna tersurat
dan tersirat dari ayat dan hadis.
·
Sosiologi: Mengkaji peran iman dalam membentuk karakter
dan etika sosial.
·
Psikologi (secara
implisit): Memahami dampak psikologis dari keimanan yang kuat.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
·
Menyebutkan definisi iman secara bahasa dan istilah.
·
Menjelaskan tiga tanda-tanda orang beriman
berdasarkan Al-Qur'an.
·
Menganalisis hubungan antara iman dan perbuatan.
·
Menyajikan hikmah iman dalam bentuk
mind map.
·
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan iman,
seperti jujur dan bertanggung
jawab.
D. Topik Pembelajaran
·
Pengertian dan pentingnya iman.
·
Dalil-dalil naqli tentang
iman.
·
Implementasi iman dalam kehidupan.
E. Praktik Pedagogis
·
Pembelajaran
Kontekstual: Guru mengaitkan materi dengan isu-isu remaja, seperti cara menghadapi bullying atau tantangan media sosial,
sebagai ujian keimanan.
·
Pembelajaran Berbasis
Diskusi: Guru memfasilitasi diskusi tentang studi kasus
atau pertanyaan-pertanyaan reflektif.
·
Pembelajaran
Berbasis Proyek: Siswa membuat jurnal refleksi atau poster tentang "Iman dalam Hidupku".
F. Kemitraan Pembelajaran
·
Kolaborasi antar
siswa: Kerja kelompok
untuk menganalisis dalil.
·
Kemitraan dengan
Keluarga: Guru mendorong siswa untuk berdiskusi dengan orang tua tentang makna
iman dalam keluarga.
G. Lingkungan Pembelajaran
·
Kelas yang kondusif.
·
Media visual seperti
proyektor, papan tulis,
atau infografis.
·
Akses ke Al-Qur'an dan buku-buku hadis.
H. Pemanfaatan Digital
·
Menggunakan video animasi
tentang konsep iman.
·
Menggunakan Google Form untuk asesmen
awal.
·
Memanfaatkan aplikasi Al-Qur'an digital.
III.
PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan Awal (Prinsip
pembelajaran mindfull, meaningfull dan joyfull)
1.
Orientasi: Guru membuka kelas
dengan salam, doa, dan mengkondisikan siswa.
2.
Apersepsi: Guru menampilkan
sebuah ilustrasi atau foto yang menunjukkan perilaku positif (misalnya,
membantu orang lain) lalu bertanya: "Apa yang memotivasi seseorang untuk
berbuat baik?"
3.
Menyampaikan Tujuan
dan Motivasi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, yaitu memahami pentingnya iman
sebagai pendorong utama setiap kebaikan.
B. Kegiatan Inti (Prinsip
pembelajaran mindfull, meaningfull dan joyfull)
1.
Memahami: Guru menayangkan
dalil-dalil dari Al-Qur'an (, Q.S. Al-Anfal: 2) dan hadis (hadis Jibril). Siswa
diminta membaca dan menganalisis maknanya.
2.
Mengaplikasikan:
o
Siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil.
o
Setiap kelompok menganalisis satu
ayat atau hadis dan mengidentifikasi bagaimana implementasinya dalam kehidupan
remaja.
o
Contoh studi kasus: "Jika ada
teman yang mengajak berbuat curang saat ujian, bagaimana sikap seorang yang
beriman?"
3.
Merefleksi: Setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan penguatan dan mengaitkan
materi dengan pengalaman sehari-hari siswa.
C. Kegiatan Penutup (Prinsip
pembelajaran mindfull, meaningfull dan joyfull)
1.
Kesimpulan: Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan bahwa iman adalah keyakinan yang membuahkan amal
saleh dan akhlak mulia.
2.
Umpan Balik: Guru meminta siswa
untuk menulis satu hal yang akan mereka lakukan hari ini sebagai bukti keimanan
mereka.
3.
Refleksi dan Rencana
Tindak Lanjut: Guru meminta siswa untuk selalu mengingat bahwa iman harus dijaga dan
dirawat setiap hari. Guru memberikan tugas untuk mencari satu hadis lagi
tentang pentingnya iman.
4. Motivasi: Guru menguatkan siswa dengan hadis tentang keutamaan
iman.
5.
Penutup: Guru menutup pelajaran dengan
doa dan salam.
IV. ASESMEN
A. Asesmen Awal (Diagnostik) Pertanyaan Pemantik:
1.
Apa perbedaan antara
"percaya" dan "yakin"?
2. Menurut kalian,
apa ciri-ciri orang
yang memiliki iman yang kuat?
3. Mengapa iman itu penting
bagi kehidupan kita?
B. Formatif (Proses) Tugas Harian:
·
Observasi: Guru mengamati partisipasi dan kualitas argumen
siswa dalam diskusi.
·
Penilaian Produk:
Guru menilai infografis atau mind map yang dibuat
siswa berdasarkan kelengkapan, kejelasan, dan kreativitas.
·
Penilaian Jurnal Refleksi: Guru menilai pemahaman
dan kemampuan siswa dalam menginternalisasi materi.
C. Sumatif (Akhir BAB)
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Dalam Q.S. Al-Anfal: 2, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
karenanya…”. Bagaimana ayat ini dapat diterapkan dalam konteks kehidupan
remaja modern yang rentan terhadap kecemasan dan stres?
A. Dengan menghindari mendengar ayat Al-Qur'an
agar hati tidak
gemetar.
B. Dengan menjadikan zikir dan tilawah
Al-Qur'an sebagai cara untuk menenangkan hati dan memperkuat iman.
C.
Dengan mengabaikan perasaan
gemetar sebagai tanda keimanan yang lemah.
D.
Dengan hanya mendengarkan Al-Qur'an saat merasa
bahagia.
Jawaban: B Pembahasan: Ayat ini
secara jelas mengaitkan keimanan dengan respons hati yang positif terhadap
nama Allah dan ayat-ayat-Nya. Dalam
konteks modern, di mana
banyak remaja menghadapi masalah mental, menjadikan zikir dan tilawah Al-Qur'an
sebagai praktik sehari-hari adalah cara nyata untuk merawat hati, menenangkan
kecemasan, dan pada saat yang sama, memperkuat fondasi iman.
2. Hadis Jibril
menjelaskan bahwa iman memiliki tiga dimensi: keyakinan dalam hati, ucapan
lisan, dan perbuatan. Jika seorang siswa mengaku beriman tetapi sering
berbohong, bagaimana kita dapat menganalisis keimanan siswa tersebut
berdasarkan hadis ini?
A. Keimanan siswa tersebut sempurna
karena pengakuannya sudah cukup.
B. Keimanannya tidak
terpengaruh oleh perbuatannya karena iman adalah urusan hati.
C. Keimanannya perlu
dipertanyakan atau belum sempurna karena tidak selaras antara ucapan (pengakuan) dan
perbuatan.
D. Ia berhak
berbohong karena itu adalah hal yang wajar bagi remaja.
Jawaban: C Pembahasan: Hadis Jibril
menegaskan bahwa iman adalah kesatuan dari hati, lisan, dan perbuatan. Jika salah satu dimensi (perbuatan) tidak selaras dengan
yang lain, maka keimanan seseorang belum dapat dikatakan sempurna.
Berbohong, yang merupakan perbuatan buruk, menunjukkan adanya ketidakselarasan
antara pengakuan lisan dan perbuatan, sehingga keimanannya perlu diperbaiki.
![]()
3. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh lebih cabang.
Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallaah’, dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan duri dari jalan.” Bagaimana hadis ini dapat mendorong
seorang Muslim untuk memiliki etos kerja dan kepedulian sosial yang tinggi?
A.
Dengan fokus hanya pada ibadah
yang paling utama, seperti salat.
B. Dengan menganggap
bahwa menyingkirkan duri tidak ada hubungannya dengan keimanan.
C. Dengan memahami
bahwa amal sekecil
apa pun, seperti
menjaga kebersihan lingkungan,
adalah bagian dari iman.
D.
Dengan memprioritaskan amal ibadah yang besar dan mengabaikan yang kecil.
Jawaban: C Pembahasan: Hadis ini
mengajarkan konsep iman yang luas dan inklusif. Iman tidak hanya tentang
keyakinan ritual, tetapi juga mencakup tindakan-tindakan sosial terkecil yang
bermanfaat bagi masyarakat. Memahami hadis ini akan mendorong seorang Muslim
untuk peduli pada lingkungan, berbuat baik pada sesama, dan memiliki etos kerja
yang kuat sebagai bagian integral dari keimanan.
4. Al-Qur'an sering
menyebutkan bahwa iman harus dibarengi dengan amal saleh. Mengapa Allah SWT
selalu menggandengkan iman dan amal saleh?
A.
Karena amal saleh
adalah bukti nyata dari iman yang hidup,
bukan hanya sekadar keyakinan pasif.
B. Karena amal saleh akan membuat iman menjadi lebih berat timbangannya di akhirat.
C.
Karena iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak saling
berhubungan.
D. Karena iman tidak akan diterima tanpa amal saleh.
Jawaban: A Pembahasan: Iman
dan amal saleh
adalah dua sisi mata uang yang tidak
bisa dipisahkan. Iman adalah keyakinan di dalam hati, sedangkan amal
saleh adalah perwujudan dari keyakinan tersebut. Menggandengkan keduanya
menunjukkan bahwa iman yang sejati harus tercermin dalam tindakan nyata, bukan
hanya keyakinan yang pasif.
5. Seorang siswa merasa
tidak percaya diri dengan kemampuannya dan seringkali merasa pesimis. Jika ia
memahami hakikat iman kepada takdir Allah SWT, apa dampak paling signifikan
terhadap psikologis siswa tersebut?
A. Ia akan menjadi pasif karena menganggap semuanya sudah takdir.
B. Ia akan merasa putus asa karena
takdir tidak dapat
diubah.
C. Ia akan memiliki
sikap optimis dan ketenangan hati karena yakin bahwa setiap takdir Allah adalah
yang terbaik, sambil tetap berusaha.
D.
Ia akan menyalahkan takdir atas kegagalannya.
Jawaban: C Pembahasan: Iman kepada
takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, iman ini menumbuhkan
optimisme dan ketenangan hati karena seorang Muslim yakin bahwa apa pun hasilnya, itu adalah yang terbaik menurut
Allah. Keyakinan ini akan
memotivasi untuk terus berusaha
tanpa rasa takut atau cemas yang berlebihan.
6. Bagaimana hubungan
antara iman yang kuat dan sikap moderasi (wasathiyah) dalam beragama?
A. Iman yang kuat akan mendorong seseorang menjadi ekstrem dalam beragama.
B. Iman yang kuat
adalah pondasi bagi sikap moderasi, yang menjauhkan diri dari ekstremisme dan
fanatisme.
C.
Keduanya tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
D. Moderasi akan melemahkan keimanan
seseorang.
Jawaban: B Pembahasan: Iman yang
benar mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang adil dan seimbang (wasathiyah). Dengan memahami ajaran
Islam secara komprehensif, seorang Muslim
akan menjauhi sikap ekstrem dan fanatisme. Oleh karena
itu, iman yang kuat justru menjadi pondasi bagi sikap moderasi.
7. Allah berfirman
dalam Q.S. Al-An'am: 82, "Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenangan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." Mengapa menghindari
kezaliman (syirik) sangat penting untuk mendapatkan ketenangan hati?
A.
Karena syirik adalah
dosa kecil yang harus dihindari.
B. Karena syirik memecah belah hati dan pikiran, sehingga
menghilangkan ketenangan.
C.
Karena syirik membuat
seseorang jauh dari ibadah.
D.
Karena syirik adalah
perbuatan yang paling dibenci Allah.
Jawaban: B Pembahasan: Syirik adalah
menyekutukan Allah, yang merupakan bentuk kezaliman terbesar. Perbuatan ini
membuat hati seseorang terpecah, tidak memiliki sandaran yang kokoh, dan penuh
keraguan. Sebaliknya, tauhid (iman yang murni) memfokuskan segala harapan dan
keyakinan hanya kepada Allah, sehingga melahirkan ketenangan dan ketenteraman
hati.
8. Seseorang yang
imannya kuat cenderung lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain. Bagaimana
hal ini dapat dijelaskan berdasarkan konsep iman dalam Islam?
A.
Karena iman yang kuat membuat
seseorang menjadi lemah dan tidak berani
membalas.
B. Karena iman yang kuat menumbuhkan keyakinan
bahwa pahala memaafkan datang dari Allah, bukan dari
pengakuan manusia.
C.
Karena memaafkan adalah kewajiban yang harus dipaksakan.
D. Karena memaafkan akan membuat seseorang mendapatkan status sosial
yang lebih tinggi.
Jawaban: B Pembahasan: Iman yang kuat
mengajarkan bahwa setiap perbuatan baik akan dibalas oleh Allah. Memaafkan
orang lain adalah perbuatan mulia yang membutuhkan keteguhan hati. Orang
beriman melakukannya bukan
untuk mendapatkan pengakuan
dari manusia, melainkan karena yakin akan pahala yang besar di sisi Allah,
sehingga ia lebih ikhlas dan mudah memaafkan.
9. Dalam hadis,
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
Bagaimana hadis ini relevan
dengan etika berkomunikasi di media sosial?
A. Etika ini tidak relevan
karena media sosial
tidak termasuk dalam
"berkata".
B.
Hadis ini mengajarkan untuk tidak berkomentar sama sekali di media sosial.
C. Hadis ini mengajarkan pentingnya menjaga lisan dari perkataan buruk,
gosip, atau fitnah, bahkan di
dunia maya.
D. Etika ini hanya berlaku
untuk komunikasi tatap muka.
Jawaban: C Pembahasan: Etika
berkomunikasi yang diajarkan Rasulullah bersifat universal, berlaku di mana pun
dan kapan pun, termasuk di media sosial. Hadis ini mendorong seorang Muslim
untuk menggunakan lisannya (baik lisan maupun tulisan) hanya untuk kebaikan,
dan diam jika tidak mampu berkata baik, sebagai wujud dari keimanan.
10. Jika Anda menyaksikan sebuah
musibah, sikap yang paling tepat yang mencerminkan iman kepada takdir Allah SWT
dan kasih sayang-Nya adalah...
A. Mengutuk musibah
tersebut dan menyalahkan takdir.
B. Menerima musibah
dengan sabar dan berusaha mencari
hikmah, sambil berupaya membantu korban.
C.
Bersikap pasrah dan tidak melakukan apa-apa.
D.
Menganggap musibah sebagai
hukuman dari Allah semata.
Jawaban: B Pembahasan: Iman kepada
takdir mengajarkan bahwa setiap musibah memiliki hikmah. Sikap yang benar
adalah sabar dan ikhlas menerimanya, karena yakin bahwa Allah tidak akan
memberi cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Namun, hal ini tidak berarti
pasrah tanpa tindakan. Sebaliknya, seorang yang beriman juga terdorong untuk
berempati dan berusaha membantu meringankan beban korban, sebagai wujud amal
saleh.
LAMPIRAN (LKPD dan Rubrik Penilaian)
A. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Tugas Kelompok:
·
Judul: "Menganalisis Makna Iman"
·
Tugas: Bersama kelompokmu, analisislah Q.S. Al-Anfal: 2-4 dan hadis tentang
iman, Islam, dan ihsan.
1.
Tuliskan makna dari setiap dalil tersebut.
2.
Identifikasi tanda-tanda orang beriman dari dalil-dalil tersebut.
3.
Diskusikan dan tuliskan contoh-contoh implementasi tanda-tanda
tersebut dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
B. Rubrik Penilaian Produk (Infografis/Mind Map)
|
Aspek Penilaian |
Skor 4 (Sangat Baik) |
Skor 3 (Baik) |
Skor 2 (Cukup) |
Skor 1 (Kurang) |
|
Isi dan Keakuratan |
Sangat lengkap, akurat, dan menunjukkan |
Lengkap dan
akurat, menunjukkan |
Kurang
lengkap, ada beberapa data |
Data tidak akurat. |
|
Aspek Penilaian |
Skor 4 (Sangat Baik) |
Skor 3 (Baik) |
Skor 2 (Cukup) |
Skor 1 (Kurang) |
|
|
pemahaman mendalam. |
pemahaman yang baik. |
yang tidak akurat. |
|
|
Kreativitas dan Desain |
Desain sangat kreatif, unik, dan menarik secara visual. |
Desain kreatif dan menarik. |
Desain kurang kreatif atau
kurang menarik. |
Desain tidak menarik. |
|
Kolaborasi Tim |
Semua anggota aktif berdiskusi dan berkontribusi secara signifikan. |
Mayoritas anggota aktif dan berkontribusi. |
Hanya beberapa anggota yang aktif. |
Hanya satu atau dua anggota yang bekerja. |
|
Penyajian (Presentasi) |
Penyajian sangat
jelas, sistematis, dan meyakinkan. |
Penyajian cukup jelas dan sistematis. |
Penyajian
kurang jelas. |
Penyajian
tidak terstruktur. |
Makassar, 02 Juli 2025
Mengetahui,
Kepala UPT SPF SMPN 32 Makassar Guru Mapel PAI &
BP
Drs. Muhammad
Husni Dra. Murni
Amir, M.Pd.I
NIP. 196906161998031009 NIP. 196810281994122006
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (PPM)
ELEMEN AKIDAH
Satuan Pendidikan : UPT SPF SMP NEGERI 32 MAKASSAR
Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Kelas/Fase :
VII/D
Waktu : 2 Kali Pertemuan
Elemen :
AKIDAH
I. IDENTIFIKASI
A. Peserta Didik
Peserta didik kelas VII dengan jumlah murid 28-35 dengan
rentang usia 13-14 tahun. Pada fase ini, mereka sudah mulai mampu berpikir
abstrak dan logis. Materi ini akan membantu mereka memahami konsep keimanan
secara lebih mendalam dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
B. Materi Pelajaran
Iman kepada Allah melalui Asmaul
Husna al-‘Alim, al-Khabir, al-Sami’, dan al-Bashir.
Materi ini mencakup pengertian setiap nama, dalilnya dari Al-Qur'an dan Hadis,
serta implementasinya dalam perilaku sehari-hari.
C. Disiplin Profil Lulusan
1.
Keimanan dan
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Memahami dan mengimani
sifat-sifat Allah, sehingga mendorong perilaku yang lebih baik dan bertanggung
jawab.
2.
Kewargaan: Menerapkan sikap
jujur, teliti, dan peduli karena merasa selalu diawasi oleh Allah.
3.
Penalaran Kritis: Menganalisis makna
setiap nama dan mengaitkannya dengan fenomena alam atau sosial.
4.
Kreativitas: Membuat karya visual
atau lirik lagu yang merepresentasikan pemahaman mereka tentang Asmaul Husna.
5.
Kolaborasi: Bekerja sama dalam
kelompok untuk meneliti dan mempresentasikan materi.
6.
Kemandirian: Memiliki kesadaran
diri untuk berbuat baik meskipun tidak ada orang lain yang melihat.
7.
Kesehatan: Memahami bahwa iman kepada
sifat-sifat Allah akan membawa ketenangan batin dan mengurangi kecemasan.
8.
Komunikasi: Mampu menjelaskan
makna Asmaul Husna dengan bahasa yang mudah dipahami.
II. DESAIN PEMBELAJARAN
A.
Capaian Pembelajaran
Memahami rukun iman dan hal-hal yang dapat meneguhkan iman.
B. Lintas Disiplin Ilmu
·
Sains (Fisika/Biologi): Mengaitkan sifat Allah al-‘Alim dan al-Khabir dengan keajaiban penciptaan alam
semesta dan makhluk hidup.
·
Bahasa Indonesia: Kemampuan menelaah teks dalil dan menyusun puisi atau
esai tentang keimanan.
·
Seni Budaya:
Membuat kaligrafi atau karya seni visual dari Asmaul Husna.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik
dapat:
1.
Menjelaskan makna al-‘Alim, al-Khabir, al-Sami’, dan al-Bashir
dengan bahasa sendiri.
2.
Mengidentifikasi
dalil Al-Qur'an yang berkaitan dengan keempat nama tersebut.
3.
Memberikan contoh perilaku
yang mencerminkan iman kepada setiap
nama.
4.
Menganalisis korelasi antara
keempat nama tersebut.
5.
Menyusun skenario drama pendek yang mengilustrasikan penerapan keempat nama tersebut.
D. Topik Pembelajaran
·
Pengenalan Asmaul Husna.
·
Makna dan dalil al-‘Alim
(Maha Mengetahui).
·
Makna dan dalil
al-Khabir (Maha Mengenali/Teliti).
·
Makna dan dalil
al-Sami’ (Maha Mendengar).
·
Makna dan dalil
al-Bashir (Maha Melihat).
·
Relevansi dan implementasi dalam kehidupan.
E. Praktik Pedagogis
·
Pembelajaran
Berbasis Penemuan (Inquiry-Based Learning): Peserta didik diajak
mengamati fenomena alam atau sosial, lalu mengaitkannya dengan sifat- sifat
Allah.
·
Diskusi dan Analisis
Kelompok: Menganalisis studi kasus tentang perilaku sehari-hari (misalnya,
mencontek saat ujian, berbohong).
·
Role-Playing: Memainkan skenario
pendek yang menunjukkan penerapan Asmaul Husna.
F. Kemitraan Pembelajaran
Guru berkolaborasi dengan guru sains untuk menjelaskan
korelasi antara ilmu pengetahuan dan kebesaran Allah. Orang tua dapat diajak
untuk berdiskusi tentang penerapan Asmaul Husna di lingkungan keluarga.
G. Lingkungan Pembelajaran
·
Ruang Kelas:
Ditata untuk diskusi
dan simulasi.
·
Digital: Proyektor dan internet
untuk menampilkan materi
dan video.
·
Lingkungan Sekolah: Mengamati perilaku di lingkungan sekolah (misalnya, di kantin atau perpustakaan)
untuk dikaitkan dengan materi.
H. Pemanfaatan Digital
·
YouTube: Untuk memutar video edukasi
tentang Asmaul Husna.
·
Canva: Untuk membuat infografis atau presentasi visual.
·
Quizizz: Untuk kuis interaktif yang menguji pemahaman.
·
Aplikasi Al-Qur'an digital: Untuk mencari
dalil dengan mudah.
III.
PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan Awal (mindful, meaningful, joyful)
·
Orientasi: Guru menyambut
peserta didik, mengajak berdoa, dan meminta mereka menutup mata sejenak sambil
membayangkan suara di sekitar mereka, lalu bertanya, "Apa yang kalian
dengar? Siapa yang bisa mendengar semuanya, bahkan yang paling kecil?"
(mindful).
·
Apersepsi: Guru menunjukkan
gambar atau video sebuah CCTV dan bertanya, "Menurut kalian, apa manfaat
CCTV? Apakah ada 'CCTV' yang Maha Sempurna yang selalu mengawasi kita?"
(meaningful).
·
Menyampaikan Tujuan
dan Motivasi: Guru menjelaskan bahwa pembelajaran ini bukan hanya tentang hafalan,
tetapi tentang bagaimana iman kepada Allah mengubah cara kita berpikir dan
bertindak.
B. Kegiatan Inti (mindful, meaningful, joyful)
·
Memahami:
o
Guru membagi peserta didik menjadi
empat kelompok. Setiap kelompok mendapatkan satu kartu berisi salah satu Asmaul
Husna (al-‘Alim, al- Khabir, al-Sami’,
atau al-Bashir).
o
Setiap kelompok berdiskusi untuk
menelaah makna nama tersebut, mencari dalilnya, dan mencatat contoh
penerapannya.
·
Mengaplikasikan:
o
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka.
o
Setelah presentasi, guru menyajikan
beberapa skenario (misalnya, menolong teman yang terjatuh tanpa diketahui,
berbohong kepada orang tua) dan meminta setiap kelompok menganalisis skenario
tersebut menggunakan Asmaul Husna yang mereka pelajari.
o
Peserta didik secara berpasangan
atau berkelompok kecil membuat skenario dan memperagakannya di depan kelas.
·
Merefleksi: Guru mengajak
peserta didik untuk menulis satu paragraf pendek tentang bagaimana iman kepada
sifat-sifat ini akan mengubah perilaku
mereka di sekolah.
C. Kegiatan Penutup
·
Kesimpulan: Guru dan peserta
didik menyimpulkan bahwa keimanan kepada al- ‘Alim, al-Khabir, al-Sami’, dan
al-Bashir akan membentuk karakter yang lebih baik.
·
Umpan Balik: Guru meminta peserta
didik menulis satu kata yang paling menggambarkan perasaan mereka setelah
belajar materi ini.
·
Refleksi dan Rencana Tindak
Lanjut: Guru memberikan tugas: "Selama tiga hari
ke depan, catatlah setiap kali kalian merasa Allah Maha Melihat (al-Bashir) dan
Maha Mendengar (al-Sami’) dalam aktivitas kalian."
·
Motivasi: Guru memberikan
pesan, "Merasakan kehadiran Allah dalam setiap langkah akan membawa
ketenangan dan keberkahan."
·
Penutup : Doa dan salam penutup.
IV. ASESMEN
A. Asesmen Awal
·
Pertanyaan Pemantik:
1.
"Bagaimana kalian tahu bahwa seseorang itu jujur?"
2.
"Menurut kalian, apakah ada yang bisa melihat
apa yang kalian lakukan saat
sendirian?"
3. "Sebutkan satu nama baik Allah yang kalian ketahui!"
B. Formatif (Proses)
·
Tugas Harian:
"Jurnal Refleksi Diri"
o
Deskripsi
Tugas: Peserta didik mencatat satu perilaku yang mereka
lakukan dalam satu hari yang mencerminkan pemahaman terhadap salah satu Asmaul
Husna yang dipelajari. Mereka harus menuliskan perilaku tersebut dan alasan
mengapa perilaku itu terinspirasi dari Asmaul Husna.
o
Rubrik Penilaian Formatif:
§ 4 (Sangat Baik): Mencatat dan menjelaskan dengan detail serta menunjukkan pemahaman yang
mendalam.
§
3 (Baik):
Mencatat dan menjelaskan dengan cukup jelas.
§
2 (Cukup):
Mencatat, tetapi penjelasan kurang.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Tidak melakukan tugas atau tidak relevan.
C. Sumatif (Akhir Bab)
Pilihlah jawaban
yang paling benar!
1.
Seorang siswa membatalkan niatnya untuk menyontek
saat ujian meskipun gurunya sedang tidak mengawasi. Ia berkeyakinan penuh bahwa
Allah melihat dan mengetahui segala perbuatannya. Konsep Asmaul Husna yang
paling mendasari tindakan siswa tersebut adalah...
A.
Al-Sami' dan Al-Khabir
B.
Al-Bashir dan Al-'Alim
C.
Al-Khabir dan Al-Sami'
D.
Al-'Alim dan Al-Khabir
2.
Pada suatu malam, seorang ayah mendengar anaknya
menangis di kamar. Ia kemudian masuk untuk menenangkan anaknya. Perilaku sang
ayah ini dapat dianalogikan dengan sifat Allah, yaitu...
A. Al-Sami' dan Al-Khabir
B.
Al-'Alim dan Al-Bashir
C.
Al-Bashir dan Al-Khabir
D.
Al-Sami' dan Al-Bashir
3.
Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan mikroba baru
yang sangat kecil dan belum pernah ditemukan
sebelumnya. Penemuan ini secara tidak langsung
membuktikan bahwa di balik keterbatasan indra manusia, ada
Zat Yang Maha Mengetahui dan Maha Teliti atas segala ciptaan-Nya. Asmaul Husna
yang paling relevan dengan pernyataan di atas adalah...
A. Al-Sami' dan Al-Bashir
B.
Al-'Alim dan Al-Sami'
C.
Al-Khabir dan Al-'Alim
D. Al-Bashir dan Al-Khabir
4.
Bayu mendengar adiknya
berbohong kepada ibu mereka di ruangan sebelah.
Bayu tidak melihat kejadiannya, tetapi ia tahu bahwa Allah Maha
Mendengar. Sikap Bayu yang paling tepat untuk mengaplikasikan keimanannya
kepada Al-Sami' adalah...
A. Menceritakan kebohongan adiknya kepada teman-temannya.
B. Diam saja karena itu bukan urusannya.
C. Menegur adiknya
dengan nasihat bahwa Allah Maha Mendengar.
D.
Berpura-pura tidak tahu dan membiarkan adiknya berbohong.
5.
Perhatikan dua skenario berikut: Skenario 1: Seorang
politisi memimpin dengan jujur dan amanah, meskipun tidak semua kebijakannya
mendapat pujian publik. Skenario 2: Seorang seniman berkarya dengan detail yang
sangat halus, yakin bahwa keindahan karyanya akan dihargai oleh penikmat seni.
Skenario 1 lebih mencerminkan pengamalan Asmaul Husna Al-Khabir daripada Skenario 2. Mengapa?
A. Karena pemimpin
harus memiliki pengetahuan yang luas, sementara seniman tidak.
B. Karena Al-Khabir
lebih relevan dengan perilaku yang tidak terlihat,
yaitu ketelitian hati, bukan hanya produk karya.
C. Karena Al-Khabir hanya berlaku untuk urusan politik,
bukan seni.
D.
Karena seniman harusnya
beriman kepada Al-Bashir, bukan Al-Khabir.
6.
Seorang anak merasa
sangat sedih karena doanya untuk mendapatkan nilai bagus
belum terkabul. Namun, ia tetap yakin bahwa Allah Maha Mendengar (Al-Sami') dan
Maha Mengetahui (Al-'Alim) apa yang terbaik untuk dirinya. Bagaimana kedua
Asmaul Husna ini saling melengkapi dalam kasus anak tersebut?
A. Al-Sami' memastikan
doa didengar, dan Al-'Alim memastikan Allah akan mengabulkannya.
B. Al-Sami' memastikan
doa didengar, dan Al-'Alim memastikan doa itu sudah diketahui sebelumnya.
C. Al-Sami' memastikan
doa didengar, dan Al-'Alim memastikan bahwa Allah mengetahui waktu terbaik
untuk mengabulkannya, atau memberikan yang lebih baik.
D. Al-Sami' memastikan
doa didengar, dan Al-'Alim memastikan bahwa doa yang baik pasti akan
dikabulkan.
7.
Seorang guru meminta siswa untuk membuang sampah
pada tempatnya meskipun tidak ada pengawas. Di sisi lain, guru tersebut
yakin bahwa Allah Maha
Melihat (Al-Bashir). Apa korelasi antara keyakinan guru
terhadap Al-Bashir dan perintahnya
kepada siswa?
A. Guru meminta
siswa membuang sampah
agar terlihat bersih
oleh Al-Bashir.
B. Guru ingin mengajarkan bahwa perilaku baik harus dilakukan karena ada yang mengawasi, yaitu Allah.
C. Guru mengajar
siswa untuk beramal
dengan ikhlas karena
Allah melihat, bukan karena pengawas manusia.
D. Guru ingin siswa beribadah
secara tersembunyi.
8.
Seorang arsitek mendesain bangunan dengan struktur
yang sangat kuat dan detail yang sempurna, meskipun beberapa
bagian tidak terlihat oleh mata awam. Ia bekerja dengan penuh ketelitian dan
kesadaran bahwa karyanya adalah bentuk ibadah. Sikap arsitek ini paling
menunjukkan pengamalan...
A. Al-'Alim dan Al-Bashir
B. Al-Sami' dan Al-Khabir
C.
Al-Khabir dan Al-Bashir
D.
Al-'Alim dan Al-Khabir
9.
Manakah pernyataan di bawah ini yang paling tepat
menggambarkan hubungan antara Al-'Alim dan
Al-Khabir?
A. Al-'Alim adalah pengetahuan secara umum, sementara
Al-Khabir adalah pengetahuan
yang sangat mendalam dan detail.
B. Al-'Alim adalah
pengetahuan yang tersembunyi, sementara Al-Khabir adalah pengetahuan yang terlihat.
C. Al-'Alim berkaitan
dengan alam gaib, sementara Al-Khabir berkaitan dengan alam nyata.
D. Keduanya memiliki
arti yang sama persis, yaitu Maha Mengetahui.
10. Seandainya Anda adalah seorang
ketua OSIS, sikap
apa yang paling
mencerminkan pengamalan Al-Sami’ dan
Al-Bashir dalam menjalankan tugas?
A. Mencatat semua keluhan siswa (Al-Sami') dan mengadakan rapat untuk
membahasnya (Al-Bashir).
B. Mendengarkan semua masukan siswa (Al-Sami') dan melihat langsung
kondisi di lapangan (Al-Bashir).
C. Mengumumkan keputusan tanpa mendengarkan siswa (Al-Sami') dan selalu
mengawasi kerja tim (Al-Bashir).
D. Mendengar semua keluhan siswa (Al-Sami') dan bertindak sesuai
keinginan pribadi (Al-Bashir).
Kunci Jawaban
dan Penjelasan
1. B. Al-Bashir dan Al-'Alim.
Penjelasan: Keputusan untuk tidak menyontek karena merasa "dilihat" mengacu pada sifat Al-Bashir
(Maha Melihat), sedangkan keyakinan bahwa Allah "mengetahui" niat
dan perbuatannya secara detail mengacu pada sifat Al-'Alim (Maha Mengetahui).
2. A. Al-Sami' dan Al-Khabir.
Penjelasan: Ayah "mendengar" tangisan anaknya, yang mencerminkan sifat Al- Sami'
(Maha Mendengar). Tindakan
ayah yang langsung
masuk dan menenangkan anaknya menunjukkan pemahaman
mendalam tentang kondisi anaknya, yang mencerminkan Al-Khabir (Maha Mengenali/Teliti).
3. C. Al-Khabir dan Al-'Alim.
Penjelasan: Sifat Al-'Alim (Maha
Mengetahui) menegaskan bahwa Allah mengetahui keberadaan mikroba tersebut
bahkan sebelum ilmuwan menemukannya. Sedangkan sifat Al-Khabir (Maha Teliti) menunjukkan bahwa Allah tidak hanya
mengetahuinya, tetapi juga mengetahui detail dan seluk- beluknya yang paling
kecil.
4. C. Menegur adiknya
dengan nasihat bahwa
Allah Maha Mendengar.
Penjelasan: Pilihan ini menunjukkan kemampuan analisis dan aplikasi. Iman kepada Al-Sami' tidak hanya sebatas
pengetahuan, tetapi juga mendorong tindakan nyata untuk mencegah kemungkaran,
dengan cara yang bijak.
5. B. Karena Al-Khabir
lebih relevan dengan
perilaku yang tidak
terlihat, yaitu ketelitian
hati, bukan hanya produk karya.
Penjelasan: Soal ini menguji pemahaman mendalam tentang Al-Khabir. Sifat ini tidak hanya tentang
ketelitian dalam pekerjaan fisik (seniman), tetapi
lebih utama pada ketelitian
batin dan niat. Pemimpin yang jujur dan amanah secara internal, meskipun tidak
dipuji, lebih mencerminkan ketelitian hati dan kesadaran bahwa Allah Maha
Teliti.
6. C. Al-Sami' memastikan doa didengar, dan Al-'Alim memastikan bahwa Allah
mengetahui waktu terbaik untuk mengabulkannya, atau memberikan yang lebih baik.
Penjelasan: Soal ini menguji kemampuan mengevaluasi dan mengaitkan dua sifat. Al-Sami' menjamin bahwa setiap doa
didengar. Sementara itu, Al-'Alim menjelaskan mengapa
doa tidak selalu dikabulkan sesuai
keinginan, karena Allah mengetahui apa yang terbaik dan
kapan waktu yang tepat.
7. C. Guru mengajar
siswa untuk beramal dengan
ikhlas karena Allah melihat, bukan karena pengawas manusia.
Penjelasan: Hubungan kausalitasnya adalah keyakinan kepada Al-Bashir menumbuhkan kesadaran diri dan kemandirian, bukan motivasi
karena diawasi manusia. Guru mengaitkan kebersihan dengan keimanan, melatih
siswa untuk berbuat baik tanpa pamrih.
8. D. Al-'Alim dan Al-Khabir.
Penjelasan: Arsitek yang mendesain dengan detail yang sempurna menunjukkan pengamalan sifat Al-Khabir
(Maha Teliti). Keyakinan
bahwa karyanya adalah
ibadah dan disadari
oleh Zat Yang Maha Mengetahui segalanya, termasuk niatnya, menunjukkan pengamalan Al-'Alim (Maha Mengetahui).
9.
A. Al-'Alim adalah pengetahuan
secara umum, sementara Al-Khabir adalah pengetahuan yang sangat mendalam dan
detail.
Penjelasan: Ini adalah
perbedaan mendasar antara
kedua sifat tersebut. Al-'Alim adalah
pengetahuan yang luas, sementara Al-Khabir
adalah pengetahuan yang spesifik, detail, dan mencakup sisi-sisi terdalam.
10. B. Mendengarkan semua masukan siswa (Al-Sami') dan melihat langsung kondisi di lapangan (Al-Bashir).
Penjelasan: Pilihan ini menunjukkan pemahaman yang paling aplikatif. Mendengarkan
masukan (baik lisan maupun tulisan) adalah wujud keimanan kepada Al-Sami'. Sementara itu, turun langsung
ke lapangan untuk melihat kondisi nyata adalah wujud keimanan kepada Al-Bashir. Kedua tindakan ini
menunjukkan pemimpin yang responsif dan berwawasan.
LAMPIRAN (LKPD dan Rubrik
Penilaian)
A. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
·
Nama Kelompok:
·
Anggota:
·
Tugas Proyek:
Membuat Infografis "Empat Nama Sempurna"
·
Petunjuk:
1.
Desain infografis yang memuat keempat
Asmaul Husna yang dipelajari.
2.
Untuk setiap nama, cantumkan: makna, dalil, dan minimal 2 contoh
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Gunakan aplikasi
desain grafis seperti
Canva atau PowerPoint.
B. Rubrik Penilaian Proyek
Infografis
·
Kriteria:
1.
Akurasi Informasi
(Bobot 40%): Kebenaran makna, dalil, dan contoh
yang diberikan.
§
4 (Sangat
Baik): Semua informasi akurat dan relevan.
§
3 (Baik):
Sebagian besar informasi
akurat.
§
2 (Cukup):
Beberapa informasi tidak akurat.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Banyak informasi yang
salah.
2.
Kreativitas dan Estetika (Bobot
30%): Tampilan visual
yang menarik dan mudah
dipahami.
§ 4 (Sangat Baik): Desain sangat kreatif, tata letak logis, dan
penggunaan simbol efektif.
§
3 (Baik):
Desain cukup menarik,
tata letak teratur.
§
2 (Cukup):
Desain kurang menarik,
sulit dipahami.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Infografis tidak terstruktur.
3.
Kolaborasi Kelompok
(Bobot 30%): Partisipasi dan kerja sama setiap anggota.
§
4 (Sangat Baik): Semua anggota berpartisipasi aktif dan berkontribusi
secara merata.
§
3 (Baik):
Sebagian besar anggota
berpartisipasi.
§ 2 (Cukup): Keterlibatan
anggota terbatas.
§ 1 (Perlu Bimbingan): Hanya satu orang yang bekerja.
Makassar, 02 Juli 2025
Mengetahui,
Kepala UPT SPF SMPN 32
Makassar Guru Mapel PAI &
BP
Drs. Muhammad Husni Dra. Murni
Amir, M.Pd.I
NIP. 196906161998031009 NIP. 196810281994122006
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (PPM)
ELEMEN AKHLAK
Satuan Pendidikan : UPT SPF SMP NEGERI 32 MAKASSAR
Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Kelas/Fase :
VII/D
Waktu : 2 Kali Pertemuan
Elemen :
AKHLAK
I. IDENTIFIKASI
A. Peserta Didik
Peserta didik kelas VII sebanyak 28-35 murid dengan
karakteristik usia 13-14 tahun. Pada fase ini, peserta didik cenderung berada
dalam masa pencarian jati diri, mulai berpikir lebih abstrak, dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Mereka juga mulai aktif menggunakan media digital dan berinteraksi sosial
secara luas. Tingkat
pemahaman dan pengalaman
spiritual peserta didik dapat bervariasi.
B. Materi Pelajaran
Ikhlas. Materi ini mencakup pengertian Ikhlas secara terminologi dan etimologi,
dalil- dalil syar'i tentang Ikhlas (baik dari Al-Qur'an maupun Hadis),
contoh-contoh perilaku Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat
dan dampak positif
dari mengamalkan Ikhlas.
C. Disiplin Profil Lulusan
1.
Keimanan dan
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Peserta didik diharapkan
dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai Ikhlas sebagai wujud ketakwaan
kepada Tuhan.
2.
Kewargaan: Peserta didik dapat
menerapkan Ikhlas dalam interaksi sosial, menciptakan lingkungan yang harmonis,
dan peduli terhadap sesama tanpa mengharapkan balasan.
3.
Penalaran Kritis: Peserta didik mampu
menganalisis dalil-dalil dan contoh- contoh Ikhlas serta membedakan perbuatan
yang dilandasi keikhlasan dan yang tidak.
4.
Kreativitas: Peserta didik dapat
menciptakan media atau proyek kreatif yang relevan dengan materi Ikhlas.
5.
Kolaborasi: Peserta didik mampu
bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas terkait Ikhlas.
6.
Kemandirian: Peserta didik
memiliki kesadaran untuk beribadah dan beramal secara mandiri dengan niat yang
murni.
7.
Kesehatan: Peserta didik
memahami bahwa jiwa yang ikhlas akan membawa ketenangan batin, yang berdampak
pada kesehatan mental dan fisik.
8.
Komunikasi: Peserta didik mampu
menyampaikan pemahaman mereka tentang Ikhlas, baik secara lisan maupun tulisan,
dengan bahasa yang jelas dan persuasif.
II. DESAIN PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran
Memahami ikhlas, bersyukur kepada Allah
Swt., cinta rasul, husnuzan, kasih sayang kepada sesama dan lingkungan alam.
B. Lintas Disiplin Ilmu
·
Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep Ikhlas dalam hubungan sosial dan kewarganegaraan.
·
Bahasa Indonesia: Kemampuan menelaah teks dalil dan membuat tulisan persuasif.
·
Seni Budaya: Menciptakan karya visual atau pertunjukan yang merepresentasikan
Ikhlas.
·
Bimbingan Konseling:
Ikhlas
dalam menerima kekurangan diri dan orang lain, serta sebagai landasan mental
yang sehat.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik
dapat:
1.
Menjelaskan pengertian Ikhlas dengan bahasa
sendiri.
2.
Mengidentifikasi dalil-dalil tentang
Ikhlas dari Al-Qur'an dan Hadis.
3.
Memberikan minimal 5 contoh perilaku
Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Menganalisis perbedaan antara
perbuatan yang dilandasi Ikhlas dan Riya'.
5.
Menyusun sebuah cerita
pendek atau poster
digital tentang pentingnya Ikhlas.
D. Topik Pembelajaran
·
Apa itu Ikhlas?
(Pengertian dan pentingnya)
·
Dalil-dalil tentang Ikhlas
(Al-Qur'an dan Hadis)
·
Implementasi Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari (Ibadah, sekolah, keluarga, dan sosial)
·
Manfaat dan dampak
dari Ikhlas
E. Praktik Pedagogis
·
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Peserta didik bekerja dalam
kelompok untuk membuat sebuah proyek kreatif (misalnya: video pendek, poster
digital, atau komik) tentang Ikhlas.
·
Diskusi dan Debat: Membahas studi kasus tentang Ikhlas vs. Riya'
untuk melatih penalaran
kritis.
·
Tanya Jawab
Interaktif: Menggunakan pertanyaan terbuka untuk memancing pemikiran mendalam
peserta didik.
F. Kemitraan Pembelajaran
Guru berkolaborasi dengan
guru mata pelajaran lain (seperti Bahasa
Indonesia dan Seni Budaya) untuk mengintegrasikan
proyek PPM. Orang tua dapat diajak untuk memberikan contoh pengalaman Ikhlas
dalam keluarga.
G. Lingkungan Pembelajaran
·
Ruang Kelas:
Ditata dengan formasi
melingkar untuk memfasilitasi diskusi.
·
Lingkungan Luar: Mengamati dan berdiskusi tentang
perilaku Ikhlas di lingkungan
sekolah (misalnya, piket kelas tanpa pamrih).
·
Digital: Penggunaan
proyektor untuk menampilkan video, materi, dan alat presentasi.
H. Pemanfaatan Digital
·
Canva/PosterMyWall: Untuk membuat poster
digital.
·
CapCut/InShot: Untuk mengedit video pendek.
·
Google Forms/Quizizz: Untuk asesmen formatif
dan sumatif.
·
YouTube: Untuk memutar video inspiratif tentang Ikhlas.
III.
PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan Awal (Prinsip
mindful, meaningful, joyful)
·
Orientasi: Guru menyambut
peserta didik dengan salam dan senyum, mengajak berdoa bersama untuk
menenangkan pikiran (mindful).
·
Apersepsi: Guru memutar video
pendek yang menampilkan cuplikan orang- orang
yang berbuat kebaikan
(misalnya: menolong tanpa
terekspos, menyumbang tanpa
diketahui). Kemudian, guru mengajukan pertanyaan, "Apa yang kalian rasakan
saat melihat video ini? Apakah menurut kalian orang-orang ini mengharapkan
pujian?" (meaningful).
·
Menyampaikan Tujuan
dan Motivasi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengaitkannya dengan
pentingnya Ikhlas dalam kehidupan nyata. "Dengan belajar Ikhlas,
kalian akan menemukan ketenangan batin dan kebahagiaan sejati." (joyful).
B. Kegiatan Inti (Prinsip
mindful, meaningful, joyful)
·
Memahami: Guru membagi
kelompok. Setiap kelompok mendapatkan dalil tentang Ikhlas (baik Al-Qur'an atau
Hadis) dan tugas untuk menelaahnya, kemudian
mempresentasikan maknanya. Guru memberikan penjelasan tambahan dan menekankan poin-poin penting.
·
Mengaplikasikan:
o
Proyek
Kelompok: Masing-masing kelompok mulai merancang proyeknya
(poster/video/cerita) tentang penerapan Ikhlas. Guru membimbing setiap
kelompok, memastikan ide-ide mereka relevan dan kreatif.
o
Studi
Kasus: Guru menyajikan studi kasus: "Andi membantu
temannya membersihkan kelas agar dipuji guru. Budi membersihkan kelas karena
memang tugasnya dan agar kelas bersih." Peserta didik berdiskusi untuk
menganalisis mana perilaku yang ikhlas dan mana yang tidak, serta mengapa.
·
Merefleksi: Setelah diskusi, guru meminta setiap
kelompok untuk membuat
peta pikiran (mind map) yang berisi 5 contoh perilaku Ikhlas dalam
lingkungan sekolah dan 5 di lingkungan rumah.
C. Kegiatan Penutup
·
Kesimpulan
(5 menit): Peserta didik secara bergiliran menyimpulkan materi
yang telah dipelajari. Guru melengkapi kesimpulan tersebut.
·
Umpan Balik (5
menit): Guru meminta peserta didik menulis satu kalimat tentang perasaan
mereka setelah belajar
materi Ikhlas di secarik kertas
(misalnya: "Saya merasa lebih tenang setelah memahami
Ikhlas").
·
Refleksi dan Rencana Tindak
Lanjut (5 menit):
Guru bertanya, "Apa
yang akan kalian lakukan besok
untuk melatih keikhlasan?" Guru memberikan tugas untuk mempraktikkan satu
perbuatan baik secara ikhlas di rumah.
·
Motivasi (2 menit): Guru memberikan
motivasi tentang pentingnya Ikhlas sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
·
Penutup (3 menit): Doa bersama dan salam penutup.
IV. ASESMEN
A. Asesmen Awal (Diagnostik)
·
Pertanyaan Pemantik:
1. "Ketika kalian membantu orang lain, apa yang kalian
rasakan?"
2. "Menurut kalian,
mengapa kita harus berbuat baik?"
3.
"Pernahkah kalian mendengar kata
'ikhlas'?" Deskripsi: Pertanyaan
ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal peserta didik tentang konsep
kebaikan dan Ikhlas, serta untuk memancing minat mereka terhadap materi.
B. Formatif (Proses)
·
Tugas Harian:
"Jurnal Ikhlas-ku"
o
Deskripsi
Tugas: Peserta didik diminta untuk mencatat minimal 3
perbuatan baik yang mereka lakukan
secara Ikhlas dalam
satu hari. Mereka harus menjelaskan perbuatan
tersebut dan alasan mengapa mereka melakukannya dengan Ikhlas (tidak
mengharapkan imbalan atau pujian).
o Rubrik Penilaian Formatif:
§ 4 (Sangat
Baik): Mencatat lebih dari 3 perbuatan,
deskripsi detail, dan alasan yang kuat.
§
3 (Baik):
Mencatat 3 perbuatan, deskripsi cukup jelas.
§
2 (Cukup):
Mencatat 1-2 perbuatan, deskripsi kurang jelas.
§
1 (Perlu Bimbingan): Tidak melakukan tugas atau tidak menunjukkan
pemahaman tentang Ikhlas.
B. Sumatif (Akhir
Bab)
Pilihlah jawban
yang paling benar !
1.
Seorang guru memberikan tugas kepada siswanya untuk
membersihkan masjid sekolah setiap hari Jumat. Awalnya, siswa A melakukannya
dengan sungguh- sungguh agar mendapat pujian dari guru. Namun, setelah beberapa
minggu, ia menyadari bahwa niatnya seharusnya hanya karena Allah. Perubahan
niat siswa
A.
A ini menunjukkan ia telah berpindah dari perilaku Riya' menuju Ikhlas. Faktor utama yang membedakan kedua
perilaku ini adalah...
A. Hasil akhir dari perbuatan yang dilakukan.
B.
Ada tidaknya pengawasan dari orang lain.
C.
Niat dan motivasi
awal yang mendorong
perbuatan.
D.
Sifat perbuatan itu sendiri, apakah
baik atau buruk.
2.
Ketika berinfak, Ahmad selalu memilih uang dengan
nominal paling besar, tetapi ia memastikan infaknya terlihat oleh orang-orang
di sekitarnya. Sementara itu, Budi berinfak dengan nominal kecil, dan ia
berusaha menyembunyikan perbuatannya. Berdasarkan konsep ikhlas, manakah
pernyataan yang paling tepat?
A.
Infak Ahmad lebih baik karena nominalnya lebih besar, meskipun niatnya kurang ikhlas.
B. Infak Budi lebih baik karena ia berusaha menyembunyikan perbuatannya, meskipun nominalnya kecil.
C. Besar kecilnya
nominal tidak menentukan, tetapi niat adalah penentu
utama nilai infak.
D. Kedua infak tersebut
tidak bernilai sama di mata Allah, dan hanya infak Budi yang diterima.
3.
Rina adalah seorang aktivis lingkungan yang sangat
peduli. Ia rajin menanam pohon dan membersihkan sungai, bahkan ketika tidak ada
kamera atau penghargaan yang menyorotnya. Ketika ada orang yang memujinya, ia
merasa tidak nyaman dan selalu berkata, "Ini semua karena Allah."
Sikap Rina ini menunjukkan...
A.
Ia tidak ingin dipuji, tetapi ia tetap
senang dengan pengakuan.
B.
Ia beramal karena
manusia tidak melihatnya.
C. Ia telah mencapai
derajat ikhlas yang tinggi, di mana motivasinya murni hanya untuk mencari rida
Allah.
D. Ia merasa
sombong karena perbuatannya yang lebih baik dari orang lain.
4.
Perhatikan dua tindakan
berikut:
1.
Seorang relawan membantu korban bencana alam tanpa
mengharapkan imbalan.
2.
Seorang pengusaha menyumbang dana besar untuk pembangunan masjid, lalu mengunggah fotonya di media
sosial. Berdasarkan dua tindakan tersebut, manakah analisis yang paling tepat
tentang konsep ikhlas?
A.
Tindakan 1 lebih bernilai ikhlas karena tidak ada imbalan
materi, sedangkan tindakan 2 tidak.
B. Ikhlas tidak
dapat diukur secara lahiriah; hanya Allah yang mengetahui
niat di balik tindakan 1 dan 2.
C.
Tindakan 1 adalah
ikhlas sejati, sedangkan tindakan 2 adalah
riya'.
D. Tindakan 2 memiliki nilai lebih rendah
karena pamer, sedangkan
tindakan 1 memiliki nilai lebih tinggi.
5.
Ketika seorang siswa
mengerjakan PR dengan
sungguh-sungguh meskipun ia tahu
tidak akan diperiksa oleh guru, tindakan tersebut merupakan manifestasi dari...
A. Kerja keras
B.
Kemandirian
C.
Sikap ikhlas
D. Ketaatan
6.
Seorang hamba Allah yang ikhlas dalam beramal akan
merasakan ketenangan jiwa. Mengapa demikian?
A. Karena ia tidak memikirkan pujian atau cemoohan
manusia.
B. Karena ia merasa amalnya
akan selalu diterima.
C.
Karena ia yakin akan mendapat
balasan yang besar di akhirat.
D.
Karena ia merasa
lebih baik dari orang lain.
7.
Seorang ayah bekerja keras membanting tulang untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketika ia ditanya mengapa
ia bekerja begitu keras, ia menjawab, "Ini adalah amanah dari Allah untuk
menafkahi keluarga, dan saya melakukannya untuk-Nya." Jawaban sang ayah
menunjukkan bahwa ia mengamalkan ikhlas dalam konteks...
A.
Ibadah ritual
B.
Ibadah sosial
C.
Ibadah mahdhah
D. Ibadah muamalah
8.
Manakah dari pernyataan berikut yang paling tepat
menggambarkan perbedaan antara amal yang diterima dan amal yang ikhlas?
A.
Amal yang diterima pasti ikhlas, sedangkan amal yang
ikhlas belum tentu diterima.
B. Amal yang ikhlas pasti diterima, sedangkan
amal yang diterima
belum tentu ikhlas.
C.
Amal yang ikhlas dan amal yang diterima
adalah dua hal yang sama.
D. Kedua konsep tersebut tidak memiliki hubungan
satu sama lain.
9.
Seorang muslimah mengenakan hijabnya. Pada awalnya
ia melakukannya karena tuntutan lingkungan sosial. Namun
seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa hijab adalah perintah Allah, dan
ia melakukannya murni karena ketaatan kepada-Nya. Berdasarkan skenario ini,
proses hijrah niat dari motivasi eksternal menuju internal adalah contoh
dari...
A. Perubahan fisik
B. Transformasi amal
C.
Penyempurnaan iman
D.
Evolusi sosial
10. Mengapa ikhlas
dikatakan sebagai syarat diterimanya amal, bahkan amal yang paling besar
sekalipun?
A. Karena ikhlas
adalah satu-satunya syarat
diterimanya amal.
B.
Karena ikhlas adalah
penentu kebaikan sebuah
perbuatan.
C. Karena Allah hanya melihat
niat, bukan perbuatan.
D. Karena amal tanpa niat yang tulus (ikhlas) hanyalah
perbuatan lahiriah yang kosong
dari makna ibadah.
Kunci Jawaban
dan Penjelasan
1. C. Niat dan motivasi awal yang mendorong perbuatan.
Penjelasan: Soal ini menguji pemahaman tentang inti dari ikhlas. Ikhlas
berfokus pada niat atau motivasi batiniah seseorang. Perbedaan antara
riya' dan ikhlas terletak pada tujuan perbuatan: apakah untuk manusia (riya')
atau untuk Allah (ikhlas).
2.
C. Besar kecilnya nominal
tidak menentukan, tetapi
niat adalah penentu utama nilai infak.
Penjelasan: Ini adalah konsep HOTS yang mengaitkan teori dengan studi kasus. Nilai
amal dalam Islam tidak semata-mata diukur dari kuantitasnya (nominal besar),
tetapi dari kualitas niat di baliknya. Infak Budi bisa jadi lebih bernilai di
sisi Allah karena didasari niat murni.
3.
C. Ia telah mencapai derajat
ikhlas yang tinggi, di mana motivasinya murni hanya untuk mencari rida Allah.
Penjelasan: Sikap Rina yang tidak nyaman dengan
pujian menunjukkan bahwa
ia beramal bukan untuk manusia. Ini adalah ciri khas orang yang ikhlas,
yang merasa cukup dengan
pujian dari Allah semata.
4. B. Ikhlas tidak dapat diukur secara lahiriah; hanya Allah yang
mengetahui niat di balik tindakan 1 dan 2.
Penjelasan: Soal ini mendorong penalaran kritis. Meskipun secara kasat mata
tindakan 1 terlihat lebih ikhlas, dan tindakan 2 terlihat sebagai riya', hanya
Allah yang mengetahui niat sebenarnya. Jawaban ini mengajarkan untuk tidak
menghakimi amal orang lain secara lahiriah.
5. C. Sikap ikhlas.
Penjelasan: Ikhlas tidak hanya berlaku dalam ibadah ritual. Mengerjakan tugas
dengan baik meskipun tidak diawasi dan tidak mengharapkan pujian adalah bentuk
pengamalan ikhlas dalam konteks kegiatan sehari-hari. Ini menunjukkan kesadaran
diri dan tanggung jawab yang dilandasi iman.
6. A. Karena ia tidak memikirkan pujian atau cemoohan
manusia.
Penjelasan: Ketenangan jiwa adalah salah satu buah dari ikhlas.
Ketika seseorang beramal hanya
untuk Allah, ia terbebas dari kekhawatiran akan penilaian manusia, baik pujian
yang membuatnya sombong maupun cemoohan yang membuatnya kecewa.
7. D. Ibadah muamalah.
Penjelasan: Soal ini menguji pemahaman tentang cakupan ikhlas. Ikhlas tidak hanya
dalam ibadah ritual (mahdhah), tetapi
juga dalam interaksi sosial (muamalah).
Menafkahi keluarga adalah bagian dari ibadah sosial yang bernilai jika
diniatkan karena Allah.
8.
B. Amal yang ikhlas pasti diterima, sedangkan
amal yang diterima belum tentu ikhlas.
Penjelasan: Pernyataan ini perlu dievaluasi dengan cermat. Amal yang ikhlas, dengan
izin Allah, memiliki jaminan untuk diterima. Sebaliknya, "amal yang
diterima" bisa saja merujuk pada amal yang secara zahir tampak benar
(misalnya, shalat), tetapi batinnya tidak ikhlas. Namun, jawaban yang
benar adalah amal yang ikhlas pasti
diterima, sedangkan amal yang diterima belum tentu ikhlas. Sebenarnya, amal
yang ikhlas pasti diterima, jadi B adalah jawaban yang paling tepat.
9. C. Penyempurnaan iman.
Penjelasan: Proses hijrah niat dari motivasi sosial (tuntutan lingkungan) ke
motivasi spiritual (ketaatan kepada Allah) adalah salah satu bentuk
penyempurnaan iman. Ini menunjukkan kualitas keimanan yang semakin mendalam dan
kuat.
10. D. Karena amal tanpa niat yang tulus (ikhlas) hanyalah perbuatan
lahiriah yang kosong dari makna ibadah.
Penjelasan: Jawaban ini menjelaskan mengapa ikhlas menjadi kunci. Perbuatan baik
apa pun, jika tidak dilandasi niat yang tulus, tidak akan dianggap sebagai
ibadah di sisi Allah karena motivasinya bukan untuk-Nya. Ikhlas adalah ruh dari
sebuah amal.
LAMPIRAN (LKPD dan Rubrik
Penilaian)
A. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
·
Nama Kelompok:
·
Anggota:
·
Tugas Proyek: Membuat poster digital tentang "Manfaat Ikhlas dalam Keseharian"
·
Petunjuk:
1.
Cari minimal 3 dalil (Al-Qur'an/Hadis) yang relevan dengan
Ikhlas.
2.
Buatlah konsep poster yang menarik
(judul, gambar, kata-kata motivasi).
3.
Gunakan aplikasi desain
grafis (Canva, PosterMyWall, dsb.).
4.
Poster harus mengandung pesan visual dan teks yang mudah dipahami tentang pentingnya Ikhlas.
B. Rubrik Penilaian Proyek
Poster Digital
·
Kriteria:
1.
Relevansi Materi (Bobot 30%): Kesesuaian isi poster dengan materi
Ikhlas.
§ 4 (Sangat Baik):
Poster sangat relevan,
mencakup dalil dan contoh
yang akurat.
§
3 (Baik):
Poster cukup relevan,
beberapa contoh sesuai.
§ 2 (Cukup): Poster kurang
relevan, konten tidak
fokus.
§
1 (Perlu Bimbingan): Poster tidak relevan.
2.
Kreativitas dan Desain (Bobot 30%): Keunikan, estetika, dan kemudahan
dibaca.
§ 4 (Sangat Baik): Desain sangat kreatif, tata
letak rapi, dan mudah dipahami.
§
3 (Baik):
Desain cukup menarik,
tata letak teratur.
§
2 (Cukup):
Desain kurang menarik,
tata letak kurang
rapi.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Desain buruk, sulit dibaca.
3.
Kolaborasi Kelompok
(Bobot 20%): Partisipasi dan kerja sama setiap anggota.
§
4 (Sangat Baik): Semua anggota berpartisipasi aktif dan berkontribusi.
§
3 (Baik):
Sebagian besar anggota
berpartisipasi.
§
2 (Cukup):
Hanya beberapa anggota
yang aktif.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Hanya satu orang yang bekerja.
4.
Keterampilan Komunikasi (Bobot 20%): Kemampuan
mempresentasikan
poster.
§
4 (Sangat
Baik): Presentasi jelas,
persuasif, dan percaya
diri.
§
3 (Baik):
Presentasi cukup jelas.
§
2 (Cukup):
Presentasi kurang jelas.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Tidak mampu mempresentasikan.
Makassar, 02 Juli 2025
Mengetahui,
Kepala UPT SPF SMPN 32
Makassar Guru Mapel PAI &
BP
Drs. Muhammad Husni Dra. Murni
Amir, M.Pd.I
NIP. 196906161998031009 NIP. 196810281994122006
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (PPM)
ELEMEN FIKIH
Satuan Pendidikan : UPT SPF SMP NEGERI 32 MAKASSAR
Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Kelas/Fase :
VII/D
Waktu : 3 Kali Pertemuan
Elemen :
FIKIH
I. IDENTIFIKASI
A. Peserta Didik
Peserta didik kelas VII berjumlah 28-35 murid dengan rentang
usia 13-14 tahun. Pada fase ini, mereka sudah memiliki pemahaman dasar tentang
ibadah shalat dan mulai mampu berpikir secara konseptual. Materi tentang Sujud
akan menguatkan pemahaman praktis mereka dalam ibadah
sehari-hari.
B. Materi Pelajaran
Ketentuan Sujud. Materi ini mencakup berbagai jenis sujud dalam Islam, seperti Sujud Sahwi, Sujud Tilawah,
dan Sujud Syukur. Pembahasan meliputi pengertian, dalil, tata cara, dan
hikmah dari setiap jenis sujud.
C. Disiplin Profil Lulusan
1.
Keimanan dan
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Peserta didik mampu
mempraktikkan sujud sebagai bentuk ketaatan dan pengakuan atas keagungan Tuhan.
2.
Kewargaan: Menerapkan
sikap tawadhu' (rendah
hati) yang tercermin dari sujud dalam
interaksi sosial.
3.
Penalaran Kritis: Menganalisis alasan
syar'i dari setiap jenis sujud dan membedakan kondisinya.
4.
Kreativitas: Membuat media visual
atau presentasi kreatif tentang tata cara sujud.
5.
Kolaborasi: Berlatih sujud
secara berkelompok, saling mengoreksi gerakan dan bacaan.
6.
Kemandirian: Mampu melaksanakan
sujud di luar shalat secara mandiri saat dibutuhkan.
7. Kesehatan: Memahami bahwa gerakan sujud memiliki manfaat
fisik dan mental.
8.
Komunikasi: Menyampaikan
pemahaman tentang tata cara dan manfaat sujud kepada orang lain dengan jelas.
II. DESAIN PEMBELAJARAN
A.
Capaian Pembelajaran
·
Memahami ketentuan sujud, salat,
kewajiban terhadap jenazah, haji dan umrah, penyembelihan hewan, kurban,
akikah, dan rukhsah dalam perspektif mazhab fikih.
B. Lintas Disiplin Ilmu
·
Pendidikan Agama Islam: Inti dari materi sujud.
·
Bahasa Indonesia: Kemampuan menelaah dalil
dan menyusun narasi
informatif.
·
Pendidikan Jasmani:
Memahami posisi tubuh yang benar dalam sujud untuk
kesehatan.
·
Seni Budaya:
Menciptakan poster atau diagram alur tentang tata cara sujud.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik
dapat:
1.
Menjelaskan pengertian Sujud
Sahwi, Sujud Tilawah,
dan Sujud Syukur.
2.
Mengidentifikasi minimal satu dalil untuk
setiap jenis sujud.
3.
Mempraktikkan tata cara Sujud Sahwi, Sujud Tilawah,
dan Sujud Syukur dengan benar.
4.
Menganalisis perbedaan kondisi
dan bacaan dari ketiga jenis
sujud.
5.
Membuat panduan visual
(misalnya, diagram alur) untuk setiap jenis sujud.
D. Topik Pembelajaran
·
Pengertian dan dalil sujud.
·
Sujud Sahwi: Penyebab, tata cara, dan
bacaan.
·
Sujud Tilawah: Pengertian, kondisi, tata cara, dan bacaan.
·
Sujud Syukur: Penyebab,
tata cara, dan bacaan.
·
Hikmah dan manfaat
dari setiap jenis
sujud.
E. Praktik Pedagogis
·
Demonstrasi dan
Simulasi: Guru mendemonstrasikan, kemudian peserta didik melakukan simulasi sujud
secara bergantian.
·
Pembelajaran Kooperatif: Peserta didik bekerja
dalam kelompok kecil untuk
menyelesaikan tugas dan saling mengoreksi.
·
Media Pembelajaran Visual: Menggunakan infografis, diagram, atau video tutorial
untuk menjelaskan tata cara yang kompleks.
F. Kemitraan Pembelajaran
Guru berkolaborasi dengan guru Pendidikan Jasmani untuk
menjelaskan manfaat fisik dari gerakan sujud. Orang tua dapat diajak untuk
mendampingi peserta didik dalam mempraktikkan sujud di rumah.
G. Lingkungan Pembelajaran
·
Ruang Kelas:
Ruangan yang bersih
dan cukup luas untuk praktik
sujud.
·
Mushola/Masjid Sekolah:
Digunakan sebagai tempat
praktik langsung.
·
Digital: Proyektor, laptop,
dan speaker untuk memutar video.
H. Pemanfaatan Digital
·
YouTube: Untuk menonton video tutorial tentang
sujud.
·
Canva/PowerPoint: Untuk membuat infografis atau diagram alur.
·
Quizizz/Kahoot!: Untuk asesmen formatif interaktif.
III.
PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan Awal (mindful, meaningful, joyful)
·
Orientasi: Guru menyapa peserta
didik, memeriksa kesiapan belajar, dan mengajak berdoa. Guru meminta peserta
didik memejamkan mata sejenak untuk merasakan ketenangan (mindful).
·
Apersepsi: Guru menampilkan
gambar atau video seseorang yang bersujud dalam berbagai situasi (misalnya,
setelah menerima kabar baik, saat lupa rakaat shalat, atau saat membaca
Al-Qur'an). Guru bertanya, "Mengapa orang-orang ini bersujud? Apakah sujud
hanya dilakukan saat shalat?" (meaningful).
·
Menyampaikan Tujuan
dan Motivasi: Guru menjelaskan pentingnya memahami sujud sebagai ekspresi ketaatan.
"Hari ini kita akan belajar tentang sujud, agar ibadah kita semakin
sempurna dan hati kita semakin dekat dengan Allah." (joyful).
B. Kegiatan Inti (mindful, meaningful, joyful)
·
Memahami:
o
Guru membagi peserta didik menjadi
tiga kelompok. Setiap kelompok mendapatkan topik sujud yang berbeda
(Sujud Sahwi, Sujud
Tilawah, atau Sujud Syukur).
o
Setiap kelompok menelaah materi dari
buku atau sumber digital, kemudian merangkum pengertian, dalil, dan tata
caranya.
·
Mengaplikasikan:
o
Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman mereka.
o
Setelah presentasi, guru
mendemonstrasikan tata cara setiap jenis sujud dengan detail.
o
Peserta didik secara bergantian
mempraktikkan sujud yang telah dipelajari, sementara guru dan teman sekelompok
memberikan koreksi dan umpan balik (misalnya, posisi tangan, kening, dan
bacaan).
·
Merefleksi: Guru meminta peserta
didik untuk menyebutkan satu perbedaan kunci antara Sujud Tilawah dan Sujud
Syukur.
C. Kegiatan Penutup
·
Kesimpulan: Guru dan peserta
didik menyimpulkan poin-poin penting tentang perbedaan sujud, kondisi, dan tata
caranya.
·
Umpan Balik: Guru memberikan
pertanyaan reflektif, "Bagaimana perasaan kalian setelah bisa
mempraktikkan sujud dengan benar?"
·
Refleksi dan Rencana
Tindak Lanjut: Guru memberikan tugas individu: "Cari tahu satu contoh nyata di
lingkungan sekitar kalian tentang kapan seseorang melakukan Sujud Syukur atau
Sujud Sahwi."
·
Motivasi (2 menit): Guru menekankan
pentingnya mengamalkan sujud sebagai bentuk syukur dan tawadhu'.
·
Penutup (3 menit): Doa bersama dan
salam.
IV. ASESMEN
A. Asesmen Awal
·
Pertanyaan Pemantik:
1.
"Selain dalam shalat,
apakah kalian pernah
melihat orang bersujud?"
2.
"Menurut kalian, apa yang menyebabkan seseorang bersujud?"
3.
"Sebutkan satu hal yang kalian
ketahui tentang sujud
sahwi!"
B. Formatif (Proses)
·
Tugas Harian:
"Praktik Sujud Mandiri"
o
Deskripsi
Tugas: Peserta didik diminta untuk mempraktikkan salah satu
jenis sujud di rumah (misalnya, Sujud Syukur saat mendapat kabar baik atau
Sujud Tilawah saat membaca ayat sajadah). Mereka mendokumentasikannya dengan
deskripsi singkat (tanpa foto) dan dikumpulkan melalui Google Form.
o
Rubrik Penilaian Formatif:
§ 4 (Sangat Baik): Menjelaskan praktik sujud dengan jelas, menyebutkan
bacaan, dan alasan melakukannya.
§ 3 (Baik): Menjelaskan praktik sujud dan alasannya,
tetapi bacaan tidak disebutkan.
§
2 (Cukup):
Penjelasan kurang lengkap.
§
1 (Perlu Bimbingan): Tidak melakukan tugas.
C. Sumatif (Akhir Bab)
1.
Pak Budi sedang melaksanakan salat Zuhur. Pada
rakaat kedua, ia ragu apakah ia sudah melakukan sujud pertama atau belum.
Setelah mengingat-ingat, ia yakin sudah sujud. Namun, saat salatnya selesai, ia
kembali merasa ragu. Apa tindakan yang seharusnya dilakukan Pak Budi
berdasarkan ketentuan Sujud Sahwi?
A.
Melakukan Sujud Sahwi sebelum salam,
karena ia sempat
ragu saat salat.
B. Tidak melakukan
Sujud Sahwi karena keraguannya baru muncul setelah salat selesai.
C. Melakukan Sujud
Sahwi setelah salam,
karena ia merasa
ragu setelah salat selesai.
D.
Melakukan Sujud Sahwi
baik sebelum maupun sesudah salam.
2.
Ketika membaca Al-Qur'an, Ali melewati ayat sajadah. Ia berhenti sejenak,
berdiri, dan langsung melakukan sujud. Setelah itu, ia kembali duduk dan
melanjutkan bacaan Al-Qur'annya. Tindakan Ali ini menunjukkan bahwa...
A.
Ia telah melakukan Sujud Tilawah dengan
sempurna.
B.
Ia salah dalam melakukan Sujud Tilawah karena
tidak didahului takbir.
C. Ia salah dalam
melakukan Sujud Tilawah karena harusnya tidak langsung sujud.
D. Ia telah melakukan Sujud Tilawah dengan benar, tetapi
tidak harus berdiri.
3.
Perhatikan dua kondisi
berikut:
1.
Mendapatkan kabar bahwa tim sepak
bola favoritnya menang.
2.
Menemukan dompet yang hilang. Meskipun keduanya
adalah kabar baik, mengapa Sujud Syukur lebih dianjurkan pada kondisi kedua?
A.
Karena kemenangan tim adalah hal duniawi, sedangkan
menemukan dompet adalah rezeki
dari Allah.
B. Karena kemenangan tim adalah hasil usaha bersama, sedangkan menemukan dompet adalah karunia murni dari
Allah.
C. Karena rasa syukur harus diungkapkan atas hal-hal yang tidak diduga, bukan yang diharapkan.
D. Karena Sujud Syukur hanya dilakukan jika ada peristiwa
besar yang mengubah hidup.
4.
Seorang imam salat tarawih di bulan Ramadan membaca
ayat sajadah. Ia tidak memberi isyarat atau menginformasikan kepada makmumnya.
Beberapa makmum yang sadar langsung sujud, sementara yang lain tetap berdiri.
Menurut ketentuan syar'i, apa yang seharusnya dilakukan oleh makmum yang tidak
tahu ayat sajadah tersebut?
A.
Langsung sujud mengikuti makmum lain, meskipun
tidak tahu ayatnya.
B.
Tetap berdiri dan menunggu imam kembali ke posisi
semula.
C.
Keluar dari saf salat dan melakukan Sujud Tilawah sendirian.
D. Membatalkan salatnya
karena imam tidak
memberikan isyarat.
5.
Sujud Sahwi dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah salam.
Manakah dari pernyataan di bawah ini yang paling tepat dalam menjelaskan perbedaan kondisi kapan sujud sahwi dilakukan sebelum atau sesudah salam?
A.
Sebelum salam jika lupa rakaat,
setelah salam jika kelebihan rakaat.
B.
Sebelum salam jika ragu-ragu dalam
salat, setelah salam
jika yakin lupa.
C.
Sebelum salam jika ada kekurangan, setelah salam jika ada kelebihan.
D. Sebelum salam jika ada kelebihan, setelah
salam jika ada kekurangan.
6.
Seorang hamba Allah sedang melakukan Sujud Tilawah.
Ia tidak mengucapkan takbir saat akan sujud, tetapi ia membaca doa sujud dengan
khusyuk. Tindakan hamba Allah tersebut...
A.
Tetap sah dan sempurna karena
bacaan doanya sudah benar.
B.
Tidak sah karena
ia tidak membaca
takbir saat akan sujud.
C.
Tetap sah karena
takbir hanya sunah, bukan wajib.
D. Tetap sah jika ia membaca doa sujud dengan
keras.
7.
Seorang siswa menemukan bahwa ayahnya selamat dari
kecelakaan besar. Ia ingin segera melakukan Sujud Syukur, tetapi ia sedang
tidak dalam kondisi berwudu. Bagaimana seharusnya sikap siswa tersebut?
A.
Tidak jadi bersyukur karena harus dalam keadaan suci.
B.
Melakukan Sujud Syukur
saat itu juga, meskipun tidak berwudu.
C.
Menunda Sujud Syukur hingga ia bisa berwudu.
D. Bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah dan
menunda sujud sampai ia bisa
melakukannya dengan benar.
8.
Seorang muslim sedang melaksanakan salat fardu. Ia
lupa tasyahud awal. Ia baru sadar setelah bangkit dari duduk tasyahud awal. Ia
merasa ragu-ragu dan melanjutkan salatnya. Bagaimana ia seharusnya melakukan
Sujud Sahwi?
A. Sujud Sahwi
sebelum salam.
B.
Sujud Sahwi setelah
salam.
C.
Tidak perlu Sujud Sahwi karena
ia sadar sebelum
salam.
D. Tidak perlu
Sujud Sahwi karena
ia sudah bangkit
dari tasyahud awal.
9.
Mengapa Sujud Tilawah dan Sujud Syukur tidak
memerlukan wudu, tetapi Sujud Sahwi mengharuskannya?
A.
Karena Sujud Tilawah dan Syukur adalah ibadah di
luar salat, sedangkan Sujud Sahwi adalah bagian dari salat.
B. Karena Sujud Sahwi lebih
penting daripada Sujud
Tilawah dan Syukur.
C. Karena Sujud Tilawah
dan Syukur adalah sunah, sedangkan Sujud Sahwi adalah wajib.
D. Karena Sujud
Sahwi berkaitan dengan
kekhilafan dalam salat.
10. Ketika sedang
bermain, seorang anak mendengar suara azan dan langsung menghentikan
permainannya. Ia kemudian bergegas menuju masjid untuk salat. Perilaku anak ini
mencerminkan...
A.
Kewajiban salat tepat waktu
B.
Kesadaran akan panggilan
Allah
C.
Ketakutan akan azab
D. Rendah hati seperti posisi
sujud
Kunci Jawaban
dan Penjelasan
1. B. Tidak melakukan Sujud Sahwi karena keraguannya
baru muncul setelah salat selesai.
Penjelasan: Sujud Sahwi
hanya dilakukan jika keraguan atau kekhilafan terjadi
di dalam salat. Jika keraguan
muncul setelah salat selesai, maka tidak perlu melakukan Sujud Sahwi.
2.
B. Ia salah dalam
melakukan Sujud Tilawah
karena tidak didahului takbir.
Penjelasan: Meskipun sebagian ulama membolehkan langsung sujud, pendapat yang kuat
adalah Sujud Tilawah, baik di luar maupun di dalam salat, harus didahului
dengan takbir saat akan sujud dan salam saat bangkit dari sujud.
3. B. Karena kemenangan tim adalah hasil usaha bersama, sedangkan
menemukan dompet adalah karunia murni dari Allah.
Penjelasan: Ini menguji penalaran kritis tentang kapan Sujud Syukur pantas
dilakukan. Meskipun keduanya adalah nikmat,
menemukan barang hilang adalah
rezeki yang murni dari Allah dan seringkali tidak terduga, sehingga lebih tepat
untuk disyukuri dengan sujud.
4. B. Tetap berdiri
dan menunggu imam kembali ke posisi semula.
Penjelasan: Makmum harus mengikuti gerakan imam. Jika imam melakukan gerakan sujud, makmum juga harus sujud. Namun, dalam kasus ini, imam tidak
memberikan isyarat, sehingga makmum yang tidak tahu harus
tetap mengikuti imam tanpa sujud.
5. C. Sebelum salam jika ada kekurangan, setelah
salam jika ada
kelebihan.
Penjelasan: Kaidah umum Sujud Sahwi adalah jika terjadi kekurangan dalam salat
(misalnya lupa tasyahud awal atau rakaat), maka sujudnya sebelum salam. Jika
terjadi kelebihan (misalnya kelebihan rakaat), maka sujudnya setelah salam.
6. A. Tetap sah dan sempurna
karena bacaan doanya sudah benar.
Penjelasan: Takbiratul intiqal (takbir perpindahan) dalam sujud tilawah hukumnya
sunah, bukan wajib. Oleh karena itu, sujudnya tetap sah meskipun tanpa takbir.
7.
D. Bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah dan
menunda sujud sampai ia bisa melakukannya dengan benar.
Penjelasan: Soal ini menguji pemahaman tentang syarat suci dalam sujud. Sujud
Syukur, meskipun merupakan ibadah non-salat, tetap dianjurkan dilakukan dalam keadaan suci. Jika tidak memungkinkan, bersyukur secara
lisan (Alhamdulillah) sudah cukup,
dan sujud bisa dilakukan nanti jika sudah memungkinkan.
8.
A. Sujud Sahwi sebelum
salam.
Penjelasan: Ini adalah
contoh kasus Sujud Sahwi karena
kekurangan rukun, yaitu tasyahud awal. Dalam kasus
kekurangan, Sujud Sahwi dilakukan sebelum salam.
9.
A. Karena Sujud Tilawah
dan Syukur adalah
ibadah di luar salat, sedangkan Sujud Sahwi adalah bagian dari
salat.
Penjelasan: Sujud Sahwi dilakukan untuk menyempurnakan salat yang cacat karena
kekhilafan. Karena Sujud Sahwi merupakan bagian dari salat, maka ia harus
memenuhi syarat-syarat salat, termasuk wudu. Sementara itu, Sujud Tilawah dan
Sujud Syukur dapat dilakukan di luar salat, sehingga tidak harus dalam keadaan
wudu.
10. B. Kesadaran akan panggilan Allah.
Penjelasan: Tindakan anak yang menghentikan aktivitasnya untuk salat menunjukkan
bahwa ia menyadari panggilan Allah. Hal ini adalah bentuk dari keimanan yang
dalam dan penghormatan terhadap ibadah, yang merupakan esensi dari ajaran
Islam.
LAMPIRAN (LKPD dan Rubrik
Penilaian)
A. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
·
Nama Kelompok:
·
Anggota:
·
Tugas: Membuat infografis "Panduan Praktis Sujud"
·
Petunjuk:
1.
Desain infografis yang memuat tiga jenis sujud
(Sahwi, Tilawah, Syukur).
2.
Untuk setiap sujud, cantumkan: pengertian singkat,
kondisi pemicu, dan tata cara pelaksanaannya (dilengkapi dengan simbol atau
gambar).
3. Gunakan aplikasi
desain seperti Canva atau PowerPoint.
B. Rubrik Penilaian Proyek
Infografis
·
Kriteria:
1.
Akurasi Materi (Bobot 40%): Kelengkapan dan kebenaran informasi.
§ 4 (Sangat Baik): Infografis akurat, mencakup
semua poin penting dengan benar.
§
3 (Baik):
Sebagian besar informasi
akurat.
§
2 (Cukup):
Banyak informasi yang tidak akurat
atau tidak lengkap.
§
1 (Perlu Bimbingan): Informasi tidak dapat
digunakan.
2.
Kreativitas dan Estetika (Bobot
30%): Tampilan visual
yang menarik dan mudah
dipahami.
§ 4 (Sangat Baik): Desain unik, tata letak logis, dan penggunaan
simbol efektif.
§
3 (Baik):
Desain cukup menarik,
tata letak teratur.
§
2 (Cukup):
Desain kurang menarik,
sulit dipahami.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Infografis tidak terstruktur.
3.
Kolaborasi Kelompok
(Bobot 30%): Keterlibatan dan kerja sama.
§ 4 (Sangat Baik):
Semua anggota terlibat
aktif dan berkontribusi secara merata.
§
3 (Baik):
Sebagian besar anggota
berpartisipasi.
§
2 (Cukup):
Keterlibatan anggota terbatas.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Hanya satu orang yang bekerja.
Makassar, 02 Juli 2025
Mengetahui,
Kepala UPT SPF SMPN 32
Makassar Guru Mapel PAI &
BP
Drs. Muhammad
Husni Dra. Murni
Amir, M.Pd.I
NIP. 196906161998031009 NIP. 196810281994122006
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (PPM)
ELEMEN SEJARAH PERADABAN ISLAM
Satuan Pendidikan : UPT SPF SMP NEGERI 32 MAKASSAR
Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Kelas/Fase :
VII/D
Waktu : 2 Kali Pertemuan
Elemen : SEJARAH
PERADABAN ISLAM
I. IDENTIFIKASI
A. Peserta Didik
Peserta didik kelas VII berjumlah 28-35 murid dengan usia
13-14 tahun. Mereka sudah memiliki kemampuan berpikir
analitis dan mulai tertarik dengan
sejarah. Materi ini akan
membantu mereka memahami perkembangan Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin.
B. Materi Pelajaran
Peradaban Bani
Umayyah. Materi ini mencakup latar belakang berdirinya
Bani Umayyah, sistem pemerintahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan seni, serta faktor-
faktor kemajuan dan kemunduran Daulah Bani Umayyah di Damaskus dan Andalusia.
C. Disiplin Profil Lulusan
1.
Keimanan dan
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Memahami bahwa kemajuan
peradaban adalah hasil dari ketaatan dan kerja keras yang dilandasi iman.
2.
Kewargaan: Memahami pentingnya kepemimpinan yang adil dan toleransi dalam membangun masyarakat.
3.
Penalaran Kritis: Menganalisis
sebab-sebab kemajuan dan kemunduran suatu peradaban, termasuk Bani Umayyah.
4.
Kreativitas: Membuat media
presentasi atau peta konsep yang kreatif tentang sejarah Bani Umayyah.
5.
Kolaborasi: Bekerja sama dalam
kelompok untuk meneliti aspek-aspek peradaban Bani Umayyah.
6. Kemandirian: Mampu mencari
dan mengolah informasi
sejarah secara mandiri.
7.
Kesehatan: Memahami bahwa
ketenangan batin dan pikiran yang jernih diperlukan untuk berpikir dan
bertindak rasional.
8.
Komunikasi: Menyampaikan hasil
penelitian dan ide-ide sejarah secara lisan maupun tulisan dengan efektif.
II. DESAIN PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran
Memahami
peradaban Bani Umayyah, Abbasiyyah, Fatimiyah, Turki Usmani, Syafawi, dan Mughal.
B. Lintas Disiplin Ilmu
·
Sejarah: Mempelajari
kronologi, tokoh, dan peristiwa penting.
·
Geografi: Mengidentifikasi wilayah kekuasaan Bani Umayyah (Damaskus, Andalusia).
·
Seni Budaya: Menghargai dan
mengidentifikasi peninggalan seni dan arsitektur Bani Umayyah.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik
dapat:
1. Menjelaskan secara
kronologis berdirinya Daulah
Bani Umayyah.
2. Mengidentifikasi minimal
3 tokoh penting
dan perannya.
3.
Menganalisis faktor kemajuan
Bani Umayyah dalam bidang politik,
ilmu pengetahuan,
dan ekonomi.
4.
Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Umayyah.
5.
Menghubungkan relevansi nilai-nilai peradaban Bani Umayyah
dengan kehidupan masa kini.
D. Topik Pembelajaran
·
Sejarah singkat berdirinya Bani Umayyah.
·
Perkembangan peradaban Bani Umayyah:
o
Politik dan pemerintahan.
o
Ilmu pengetahuan (kedokteran, astronomi, filsafat).
o
Ekonomi dan sosial.
o
Seni dan arsitektur.
·
Faktor-faktor kemajuan dan kemunduran.
·
Peninggalan bersejarah Bani Umayyah (misalnya, Masjid Umayyah, Istana Al-
Hambra).
E. Praktik Pedagogis
·
Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-Based Learning): Peserta didik diminta menganalisis mengapa suatu peradaban besar seperti Bani Umayyah bisa mengalami kemunduran.
·
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Membuat "Jurnal
Sejarah" atau "Peta Perjalanan Peradaban" tentang Bani Umayyah.
·
Diskusi Kelompok: Menganalisis teks
sejarah dan mempresentasikan temuannya.
F. Kemitraan Pembelajaran
Guru berkolaborasi dengan guru sejarah untuk
mengintegrasikan materi. Pihak sekolah dapat mengundang sejarawan lokal atau
akademisi untuk memberikan wawasan tambahan.
G. Lingkungan Pembelajaran
·
Ruang Kelas:
Ditata untuk diskusi
kelompok.
·
Perpustakaan: Sumber daya tambahan
untuk penelitian.
·
Digital: Pemanfaatan
internet untuk mencari
referensi sejarah, gambar,
dan video.
H. Pemanfaatan Digital
·
Google Earth: Untuk melihat
lokasi situs-situs bersejarah Bani Umayyah
(misalnya, di Damaskus dan Cordoba).
·
PowerPoint/Prezi: Untuk membuat presentasi yang interaktif.
·
Google Docs/Miro: Untuk kolaborasi dalam membuat peta konsep.
·
YouTube/Situs
Sejarah: Untuk menonton film dokumenter atau video tentang Bani Umayyah.
III.
PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan Awal (mindful, meaningful, joyful)
·
Orientasi: Guru menyapa,
berdoa, dan mengajak peserta didik untuk melihat gambar-gambar megah seperti
Masjid Umayyah. Guru meminta mereka membayangkan suasana peradaban yang makmur
(mindful).
·
Apersepsi: Guru bertanya,
"Negara-negara mana saja yang sekarang memiliki warisan peradaban
Islam yang megah?" Guru kemudian menampilkan peta dunia dan
menunjuk wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Guru bertanya, "Apakah kalian
tahu siapa yang membangun peradaban ini?" (meaningful).
·
Menyampaikan Tujuan
dan Motivasi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menekankan bahwa mempelajari sejarah adalah cara untuk belajar
dari masa lalu demi masa depan
yang lebih baik.
B. Kegiatan Inti (mindful, meaningful, joyful)
·
Memahami:
o
Guru membagi peserta didik menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapatkan salah satu topik peradaban
(politik, ilmu pengetahuan, ekonomi, atau seni) untuk diteliti.
o
Peserta didik membaca dan berdiskusi tentang
materi, mencatat poin-poin penting, dan mencari informasi
tambahan dari sumber digital.
·
Mengaplikasikan:
o
Setiap kelompok mempresentasikan
hasil penelitiannya dalam format yang kreatif (infografis, presentasi, atau
"video reportase").
o
Setelah presentasi, guru mengajukan
studi kasus: "Jika kalian adalah pemimpin Bani Umayyah, apa yang akan
kalian lakukan untuk mencegah perpecahan internal?" Peserta didik
berdiskusi dan mencatat solusinya.
·
Merefleksi: Guru meminta peserta
didik untuk menyebutkan satu hal yang paling
mengesankan dari peradaban Bani Umayyah dan satu pelajaran penting yang dapat
diambil.
C. Kegiatan Penutup
·
Kesimpulan:
Guru dan peserta didik membuat garis besar kronologis dan
poin- poin penting tentang Bani Umayyah.
·
Umpan Balik: Peserta didik
menulis di secarik kertas: "Hal baru apa yang saya pelajari hari
ini?"
·
Refleksi dan Rencana
Tindak Lanjut: Guru memberikan tugas: "Carilah satu berita terkini yang
berhubungan dengan konflik atau kemajuan di negara yang dulunya merupakan
bagian dari kekuasaan Bani Umayyah. Analisislah mengapa hal itu terjadi."
·
Motivasi: Guru memberikan
pesan, "Masa lalu adalah cermin untuk masa depan. Mari belajar dari
kebesaran dan kesalahan Bani Umayyah."
·
Penutup: Doa dan salam penutup.
IV. ASESMEN
A. Asesmen Awal
·
Pertanyaan Pemantik:
1.
"Apa yang kalian ketahui tentang peradaban Islam setelah Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin?"
2.
"Sebutkan satu nama khalifah yang kalian kenal!"
3. "Menurut kalian,
apa yang membuat
suatu peradaban bisa maju?"
B. Formatif (Proses)
·
Tugas Harian:
"Jurnal Sejarah"
o
Deskripsi
Tugas: Peserta didik mencatat ringkasan harian tentang topik
yang mereka teliti. Setiap catatan
harus berisi minimal
5 fakta penting
dari peradaban Bani Umayyah.
o Rubrik Penilaian Formatif:
§ 4
(Sangat Baik): Menyajikan lebih
dari 5 fakta penting yang relevan
dan akurat.
§
3 (Baik):
Menyajikan 5 fakta
penting yang relevan
dan akurat.
§
2 (Cukup):
Menyajikan 3-4 fakta, sebagian kurang
relevan.
§ 1 (Perlu Bimbingan): Menyajikan kurang dari 3
fakta atau tidak relevan.
C. Sumatif (Akhir Bab)
Pilihlah jawaban
yang paling benar!
1.
Daulah Bani Umayyah di Damaskus dikenal sebagai masa
ekspansi wilayah terbesar dalam sejarah
Islam. Namun, ekspansi
ini juga diikuti
dengan sentralisasi kekuasaan yang kuat di tangan khalifah. Apa dampak negatif
yang paling mungkin muncul dari kebijakan sentralisasi
kekuasaan tersebut?
A.
Terjadinya perpecahan internal
akibat ketidakpuasan kelompok
lain terhadap kekuasaan yang terpusat.
B.
Menurunnya perekonomian karena
fokus pada ekspansi
militer.
C. Melemahnya pertahanan militer akibat wilayah
yang terlalu luas.
D. Menghambat perkembangan ilmu pengetahuan karena khalifah hanya fokus pada politik.
2.
Pada masa Bani Umayyah, Bahasa Arab ditetapkan
sebagai bahasa resmi administrasi negara. Selain itu, mata uang dirham dan
dinar dicetak dengan tulisan Arab. Apa tujuan utama dari kebijakan-kebijakan
tersebut?
A.
Untuk menyaingi peradaban
Romawi dan Persia.
B.
Untuk mempermudah komunikasi dan transaksi ekonomi
antarnegara.
C.
Untuk memperkuat identitas
dan kesatuan kekuasaan Islam.
D. Untuk memudahkan proses Islamisasi di wilayah-wilayah yang ditaklukkan.
3.
Peninggalan arsitektur Bani Umayyah, seperti Masjid
Umayyah di Damaskus, menunjukkan perpaduan antara seni Islam dengan gaya
arsitektur Romawi dan Bizantium. Apa makna terdalam dari percampuran budaya
dalam arsitektur tersebut?
A.
Bani Umayyah tidak memiliki arsitektur sendiri,
sehingga meniru budaya lain.
B. Islam sangat
terbuka dan mampu mengadaptasi serta
menyerap unsur- unsur positif
dari peradaban lain.
C.
Seni arsitektur Bani Umayyah tidak orisinal dan kurang memiliki
identitas.
D. Bangunan tersebut
dibuat oleh seniman
Romawi dan Bizantium
yang menjadi tawanan perang.
4.
Meskipun berhasil menaklukkan wilayah yang sangat
luas, Bani Umayyah sering menghadapi pemberontakan dari kelompok-kelompok
seperti Syi'ah dan Khawarij. Faktor utama yang menyebabkan perlawanan internal tersebut
adalah...
A.
Ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan monarki yang menggantikan
sistem khilafah.
B. Kebijakan pajak yang tidak
adil bagi penduduk
non-Muslim.
C.
Penindasan terhadap kaum minoritas di wilayah kekuasaan.
D. Kurangnya perhatian
Bani Umayyah terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
5.
Umar bin Abdul Aziz, salah satu khalifah Bani
Umayyah, dikenal karena kebijakannya yang adil dan sederhana, mirip dengan masa
Khulafaur Rasyidin. Apa dampak paling signifikan dari masa kepemimpinan Umar
bin Abdul Aziz?
A.
Berkurangnya pemberontakan dan meningkatnya kesejahteraan rakyat.
B.
Meluasnya wilayah kekuasaan
Islam hingga ke Eropa Timur.
C.
Munculnya ulama-ulama besar yang berpengaruh.
D.
Terjadi kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi.
6.
Daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol) berhasil
menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban yang cemerlang di Eropa. Mengapa
hal ini bisa terjadi?
A. Karena para khalifah di Andalusia lebih kuat dari khalifah di
Damaskus.
B. Karena di Andalusia terjadi
percampuran budaya yang mendorong
semangat ilmiah.
C. Karena Andalusia
jauh dari pusat kekuasaan utama, sehingga lebih independen.
D. Karena para ulama Andalusia
tidak fokus pada urusan politik.
7.
Seorang sejarawan berpendapat bahwa kemunduran Bani
Umayyah tidak hanya disebabkan oleh faktor
politik, tetapi juga oleh melemahnya moral para pemimpin dan elit. Bagaimana argumen ini
dapat dibuktikan?
A.
Dengan menganalisis daftar nama-nama khalifah
yang berkuasa.
B.
Dengan melihat jumlah
kekalahan militer yang dialami Bani Umayyah.
C. Dengan menelaah
gaya hidup mewah para khalifah
yang tidak lagi mencerminkan kesederhanaan.
D. Dengan membandingkan
jumlah peninggalan arsitektur di awal dan akhir kekuasaan.
8.
Siswa A berpendapat bahwa kemunduran Bani Umayyah di Damaskus adalah hal yang
wajar karena setiap peradaban pasti mengalami siklus
naik dan turun. Siswa
B berpendapat bahwa kemunduran itu bisa dihindari jika para pemimpinnya lebih bijaksana. Berdasarkan pengetahuan sejarah, manakah
pernyataan yang paling tepat?
A. Pernyataan A benar karena
tidak ada peradaban
yang abadi.
B. Pernyataan B lebih tepat karena kemunduran disebabkan oleh faktor internal seperti gaya hidup mewah
dan perpecahan.
C. Keduanya sama-sama benar, tetapi faktor internal lebih dominan dalam mempercepat kemunduran.
D. Keduanya sama-sama
salah, karena kemunduran Bani Umayyah murni disebabkan oleh faktor eksternal.
9.
Pemerintahan Bani Umayyah disebut juga sebagai Khilafah Mulkan (monarki). Apa
perbedaan mendasar antara sistem pemerintahan ini dengan masa Khulafaur Rasyidin?
A.
Sistem Khilafah Mulkan menggunakan prinsip
keturunan, sedangkan Khulafaur Rasyidin menggunakan sistem musyawarah dalam
penunjukan pemimpin.
B. Sistem Khilafah
Mulkan mengandalkan kekuatan militer, sedangkan Khulafaur Rasyidin tidak.
C.
Sistem Khilafah Mulkan tidak menghormati ulama,
sedangkan Khulafaur Rasyidin sangat menghormati.
D. Sistem Khilafah
Mulkan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat, sedangkan Khulafaur Rasyidin
sangat memperhatikan.
10. Peradaban Bani
Umayyah di Andalusia memberikan kontribusi besar bagi Eropa di masa kegelapan.
Hal ini terjadi karena...
A. Andalusia menjadi
satu-satunya pusat ilmu pengetahuan di dunia saat itu.
B. Ilmuwan Andalusia
menerjemahkan dan mengembangkan ilmu dari berbagai peradaban.
C.
Ilmuwan Eropa datang
dan belajar langsung
di Andalusia.
D.
Semua jawaban di atas benar.
Kunci Jawaban
dan Penjelasan
1.
A. Terjadinya perpecahan internal akibat ketidakpuasan kelompok
lain terhadap kekuasaan yang terpusat.
Penjelasan: Sistem kekuasaan yang terpusat dan bersifat monarki (turun- temurun)
bertentangan dengan prinsip musyawarah yang digunakan pada masa Khulafaur
Rasyidin. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari kelompok- kelompok seperti
Syi'ah dan Khawarij, yang memicu pemberontakan dan perpecahan internal.
2. C. Untuk memperkuat identitas dan kesatuan
kekuasaan Islam.
Penjelasan: Kebijakan ini adalah bentuk politik identitas. Dengan menjadikan Bahasa
Arab sebagai bahasa resmi dan mencetak mata uang sendiri, Bani Umayyah berusaha
membedakan kekuasaannya dari kekaisaran sebelumnya (Romawi dan Persia) dan
menanamkan identitas Islam yang kuat di wilayah- wilayah kekuasaannya.
3.
B. Islam sangat terbuka dan mampu
mengadaptasi serta menyerap unsur- unsur positif dari peradaban lain.
Penjelasan: Ini adalah
salah satu ciri khas peradaban Islam yang maju. Islam tidak menolak kebudayaan lain secara
buta, tetapi mengambil unsur-unsur yang baik, menyaringnya, dan
mengintegrasikannya dengan nilai-nilai Islam. Ini menunjukkan fleksibilitas dan
keterbukaan.
4.
A. Ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan monarki yang menggantikan
sistem khilafah.
Penjelasan: Ini adalah akar masalah politik terbesar di masa Bani Umayyah.
Perubahan sistem dari musyawarah (khilafah) menjadi sistem turun-temurun
(monarki) dianggap sebagai
penyimpangan dari ajaran
awal Islam oleh kelompok-
kelompok oposisi, yang memicu pemberontakan.
5.
A. Berkurangnya pemberontakan dan meningkatnya kesejahteraan rakyat.
Penjelasan: Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz yang
adil, sederhana, dan tidak membedakan Arab dan non-Arab berhasil meredakan
ketegangan politik. Keadilan ini membawa dampak langsung pada kesejahteraan
rakyat dan berkurangnya pemberontakan.
6.
B. Karena di Andalusia
terjadi percampuran budaya yang mendorong semangat ilmiah.
Penjelasan: Andalusia adalah titik pertemuan antara peradaban Islam, Kristen, dan
Yahudi. Percampuran budaya ini menciptakan lingkungan yang toleran dan
mendorong pertukaran ide, yang menjadi
pemicu utama pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan.
7. C. Dengan menelaah gaya hidup mewah para khalifah yang tidak lagi
mencerminkan kesederhanaan.
Penjelasan: Argumen ini dapat dibuktikan secara historis. Sejarawan mencatat bahwa
beberapa khalifah terakhir Bani Umayyah mulai meninggalkan kesederhanaan hidup
para pendahulu mereka, yang mengakibatkan ketidakpuasan rakyat dan melemahnya
legitimasi kekuasaan mereka.
8. C. Keduanya sama-sama benar, tetapi faktor internal lebih dominan dalam
mempercepat kemunduran.
Penjelasan: Soal ini menguji pemahaman
tentang kompleksitas sejarah.
Memang benar bahwa setiap peradaban memiliki siklus hidup, tetapi
kemunduran Bani Umayyah dipercepat oleh faktor-faktor internal yang bisa
dikendalikan, seperti perpecahan keluarga, gaya hidup mewah, dan ketidakadilan
politik.
9. A. Sistem Khilafah Mulkan menggunakan prinsip keturunan, sedangkan
Khulafaur Rasyidin menggunakan sistem musyawarah dalam penunjukan pemimpin.
Penjelasan: Ini adalah perbedaan paling fundamental antara dua periode tersebut.
Khulafaur Rasyidin dipilih melalui musyawarah, sedangkan khalifah Bani Umayyah
(setelah Mu'awiyah) ditunjuk
berdasarkan keturunan, menjadikan sistem pemerintahan bersifat
monarki.
10. B. Ilmuwan Andalusia menerjemahkan dan mengembangkan ilmu dari berbagai
peradaban.
Penjelasan: Kontribusi utama Bani Umayyah di Andalusia bagi Eropa adalah peran
mereka sebagai jembatan ilmu pengetahuan. Mereka tidak hanya menerjemahkan
karya-karya Yunani kuno, Persia, dan India, tetapi juga mengembangkannya, lalu
menyebarkannya ke seluruh Eropa. Ini menjadi landasan bagi Renaisans di Eropa.
LAMPIRAN (LKPD dan Rubrik
Penilaian)
A. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
·
Nama Kelompok:
·
Anggota:
·
Tugas Proyek:
Membuat "Infografis Ringkasan Sejarah Bani Umayyah"
·
Petunjuk:
1.
Desain infografis yang memuat poin-poin
penting peradaban Bani Umayyah.
2.
Infografis harus mencakup:
kronologi singkat, 3 tokoh penting
dan perannya, 3 kemajuan peradaban, dan faktor kemunduran.
3. Gunakan aplikasi
desain grafis (Canva,
Piktochart, dsb.).
B. Rubrik Penilaian Proyek
Infografis
·
Kriteria:
1. Akurasi Informasi (Bobot
40%): Keakuratan fakta dan data sejarah.
§ 4 (Sangat Baik):
Semua informasi akurat,
lengkap, dan relevan.
§
3 (Baik):
Sebagian besar informasi
akurat.
§
2 (Cukup):
Beberapa informasi tidak akurat atau tidak lengkap.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Banyak informasi yang
salah.
2.
Kreativitas dan Desain (Bobot 30%): Keunikan, estetika, dan kemudahan
dibaca.
§ 4 (Sangat Baik):
Desain sangat kreatif
dan original, tata letak logis, dan mudah dipahami.
§
3 (Baik):
Desain cukup menarik,
tata letak teratur.
§
2 (Cukup):
Desain kurang menarik,
sulit dipahami.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Desain buruk, sulit dibaca.
3.
Kolaborasi Kelompok
(Bobot 30%): Partisipasi dan kerja sama setiap anggota.
§
4 (Sangat Baik): Semua anggota berpartisipasi aktif dan berkontribusi
secara merata.
§
3 (Baik):
Sebagian besar anggota
berpartisipasi.
§
2 (Cukup):
Keterlibatan anggota terbatas.
§
1 (Perlu
Bimbingan): Hanya satu orang yang bekerja.
Makassar, 02 Juli 2025
Mengetahui,
Kepala UPT SPF SMPN 32
Makassar Guru Mapel PAI &
BP
Drs. Muhammad Husni Dra. Murni
Amir, M.Pd.I
NIP. 196906161998031009 NIP. 196810281994122006
Komentar
Posting Komentar